Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jualan Songkok, Pria Paruh Baya Ini Raup Untung Hingga Rp200 Juta

Jualan Songkok, Pria Paruh Baya Ini Raup Untung Hingga Rp200 Juta Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Rumah milik Abdul Salam Razak (51) di Jalan Kodingareng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mendadak riuh dan padat layaknya pasar. Mereka ramai-ramai membeli songkok alias peci, baik secara eceran maupun grosir. Di rumah itu, Salam dan puluhan pekerjanya memproduksi beragam model kelengkapan alat salat tersebut mulai dari songkok polos hingga songkok karakter.

Salam mengungkapkan bisnis songkok yang digelutinya selama puluhan tahun selalu meraup untung berlipat setiap memasuki bulan suci Ramadan.

"Pada bulan-bulan normal, paling pemasukan hanya Rp10 juta. Tapi, kalau sudah masuk Ramadan, (pemasukan) bisa melonjak sampai ratusan juta rupiah. Ya berkisar Rp200 juta. Sayang, bisnis songkok ini musiman," kata Salam kepada Warta Ekonomi, akhir pekan lalu.

Salam bercerita bisnis songkok yang digelutinya merupakan usaha warisan. Ia adalah generasi ketiga dan mulai mandiri mengembangkan usahanya sejak tujuh tahun terakhir. Adapun bisnis songkok tersebut dirintis sang kakek sekitar 20 tahun lalu. Di tangan Salam, bisnis songkok tersebut melejit berkat berbagai inovasinya. Bahkan, ia telah menciptakan brand tersendiri yang dilabeli 'Aswan'.

Selama Ramadan, Salam mengaku merekrut tambahan bekerja dua kali lipat lantaran banyaknya pesanan. Saat ini, jumlah pekerjanya mencapai 40 orang. Itu pun, kata dia, belum bisa memenuhi seluruh permintaan.

"Peningkatan (produksi) berkisar 200-300 persen. Bila biasanya produksi hanya 100-200 songkok, sekarang bisa tembus 600 songkok. Itu pun masih banyak yang menelepon pesan barang," tutur dia.

Beragam songkok produksi Salam dipasarkan lintas provinsi di antaranya Sulsel, Sultra, Sulteng, dan berbagai provinsi di Kalimantan. Bahkan, terkadang pihaknya melayani pesanan produk dari Malaysia. Tahun ini Salam menuturkan pihaknya sangat kerepotan melayani permintaan songkok lantaran ada dua momentum sekaligus.

"Ini kan sudah dekat pilkada jadi banyak yang pesan. Makanya, kita kerepotan," ujarnya.

Banjirnya permintaan songkok, Salam mengimbuhkan membuat pihaknya terpaksa bekerja siang dan malam. Pihaknya hanya beristirahat tatkala waktu berbuka puasa dan sahur. Salam menyebut seandainya saja didukung permodalan, pihaknya bisa membeli peralatan canggih atau langsung membeli untuk dijual kembali.

"Ini memang butuh waktu karena home-made. Kami selalu kedepankan kualitas," kata dia.

Salam mengakui sangat menginginkan untuk melakukan pengembangan usaha. Toh dengan begitu, pihaknya bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar. Tapi, pihaknya terkendala pada akses permodalan. Sulit untuk memperoleh pinjaman dari bank dengan suku bunga rendah.

"Belum lagi harus ada jaminan. Saya berharap suku bunga lebih rendah atau paling tidak lebih rasional sehingga tidak memberatkan," ujarnya.

Untuk saat ini, Salam melanjutkan pengembangan usaha yang bisa dilakukannya sebatas inovasi produk dan pemasaran. Untuk produk, pihaknya senantiasa mengikuti perkembangan zaman sehingga selalu laris manis. Adapun untuk inovasi pemasaran, ia mengaku memanfaatkan beragam aplikasi media sosial, mulai Facebook, WhatsApp, BlackBerry Messengger, dan Line. Tiap aplikasi tersebut memiliki fungsi berbeda untuk usahanya.

Facebook, menurut Salam, digunakannya untuk memperkenalkan berbagai ragam pilihan songkoknya. Adapun untuk WhatsApp, BlackBerry Messengger, dan Line digunakan untuk memperlancar komunikasi.

"Aplikasi media sosial tersebut sangat membantu. Jadi, saya kan tidak perlu jualan ke Palu, Kendari, atau Kalimantan. Cukup melalui aplikasi media sosial saja urusan bisnis kelar," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: