Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Timur Tengah Diserang, Rupiah Menjerit!

Timur Tengah Diserang, Rupiah Menjerit! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mimpi buruk dialami oleh pasar keuangan domestik pada awal pekan ini, Senin (16/09/2019). Baik IHSG maupun rupiah, keduanya kini menjerit kesakitan lantaran tertekan tak karuan.

Pergerakan IHSG bergerak cenderung menurun hingga dengan koreksi nyaris mencapai 2% akibat tingginya minat asing untuk melakukan aksi profit taking. Sementara itu, rupiah pun terdepresiasi hingga lebih dari 0,60% terhadap dolar AS. Padahal, kala pembukaan pasar spot pagi tadi, depresiasai rupiah hanya sebesar 0,11%. 

Baca Juga: Happy Holiday, Rupiah!

Terhitung hingga pukul 09.56 WIB, rupiah bertengger di level Rp14.055, terkoreksi 0,64% terhadap dolar AS. Saking lesunya, rupiah bahkan menjelma sebagai salah satu mata uang terlemah di dunia, di mana saat ini mata uang Garuda juga terkoreksi di hadapan dolar Autralia (-0,51%), euro (-0,63%), dam poundsterling (-0,40%). 

Baca Juga: Dituduh Serang Fasilitas Minyak Saudi, Iran: AS Lakukan Kebohongan Publik

Lebih lanjut, alih-alih menjadi ratu Asia, rupiah justru menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia. Rupiah terkoreksi signifikan terhadap yen (-0,96%), dolar Taiwan (-0,84%), dolar Hongkong (-0,56%), dolar Singapura (-0,47%), baht (-0,39%), ringgit (-0,27%), yuan (-0,10%), dan won (-0,08%).

Sebagai informasi, pagi ini mayoritas mata uang Asia memang tengah melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen dan dolar Taiwan yang mampu menyelamtkan diri dari terkaman mata Uang Paman Sam itu.

Baca Juga: Eropa-Trump Jadi Amunisi Rupiah, Dolar AS Dibombardir Tanpa Ampun!

Faktor utama yang membuat rupiah cs menjerit tidak lain adalah insiden penyerangan yang terjadi di Timur Tengah. Akhir pekan lalu, fasilitas pengolahan minyak mentah milik Arab Saudi mendapat serangan.

Adapun Iran diklaim sebagai dalang atas perisitiwa tersebut. Hal itu pun menjadi ketakutan tersendri bagi pelaku pasar untuk bermain di pasar investasi negara-negara berkembang. Alhasil, aset safe haven seperti dolar AS menjadi buruan bagi investor. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: