Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Hendy Setiono: Rahasia Sukses Bisnis Kuliner di Kala Pandemi

KOL Stories x Hendy Setiono: Rahasia Sukses Bisnis Kuliner di Kala Pandemi Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 memberikan dampak besar ke berbagai sektor usaha, termasuk di bidang food and beverage (F&B). Banyak pelaku usaha di sektor kuliner yang terpaksa melakukan penyesuaian seperti berjualan di pinggir jalan demi mempertahankan kelangsungan usaha.

Meski demikian, ada beberapa pengusaha di sektor kuliner yang sukses melakukan adaptasi dan inovasi sehingga bisnis mereka tetap tumbuh di masa pandemi. Misalnya, entrepreneur Hendy Setiono yang tetap konsisten mengembangkan usaha dengan pembukaan beberapa gerai baru di portofolio bisnis kulinernya.

Baca Juga: KOL Stories x Budi Isman: Menata Perencanaan Bisnis Menuju 2021

Lantas, apa sih rahasia sukses bisnis kuliner di kala pandemi? Berikut ini hasil wawancara Jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani, bersama dengan Founder & CEO Baba Rafi Enterprise, Hendy Setiono pada program KOL Stories.

Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap portofolio bisnis Anda di sektor kuliner?

Dampak pandemi di sektor kuliner pasti terpengaruh. Tidak bisa dipungkiri pandemi ini pasti juga sangat berpengaruh ke semua lini bisnis saya. Mungkin ini tidak hanya dialami teman-teman di Indonesia, tapi juga seluruh di dunia mengalami hal yang sama.

Bahkan, berita terbaru Thai Airways sekarang berjualan odading (Thailand). Ini suatu inovasi yang luar biasa supaya bisnis dan omzet bisa terus berjalan agar bisa menghidupi operasional dan membayar gaji karyawan.

Jadi, kami juga mengalami hal yang sama. Akan tetapi, kami bersyukur karena beberapa gerai dan bisnis kami banyak yang bersifat stand alone dan berbentuk ruko serta container. Tidak banyak gerai kami yang berada di mal. Jadi, kami masih bisa survive. Itu yang pertama.

Kedua, spirit bisnis kami yang berbentuk grab and go atau take away tidak. Bisnis kami tidak banyak yang berkonsep dine in. Konsep ini juga menyelamatkan bisnis kami.

Kuncinya adalah terus survive, berusaha. Justru di masa pandemi seperti saat ini kita mengeluarkan beberapa brand baru. Ada bisnis Nyapii dan Jus 'n Shake yang grandopening kita jalankan selama masa pandemi ini dan ternyata mendapat respons positif. Jadi, menurut saya jalan yang terbaik untuk bertahan adalah menyerang.

Menyerang, tetapi dengan strategi yang tepat. Kita harus membaca situasi apa yang diinginkan market. Begitu kita sudah menemukan jawabannya, langsung action.

Lalu, apa inovasi dan strategi yang Anda terapkan agar bisnis bisa terus berkembang di kala pandemi?

Dalam masa pandemi seperti sekarang ini kita harus bergandengan tangan. Sinergi dan kolaborasi itu adalah kuncinya. If you want to go fast, go alone. Tapi if you want to go far, go together. Itu adalah kuncinya sehingga bagaimana cara agar melewati masa pandemi ini maka kita harus bergandengan tangan dan melaluinya dengan berkolaborasi.

Kita harus bersinergi, sudah tidak zamannya kita survive sendiri-sendiri. Kita cari partner, cari tim, bentuk manajemen, bentuk tim yang bisa menguatkan satu sama lain. Itu kuncinya. Bagaimana caranya? Ada tiga tips yang bisa saya berikan.

Pertama, carilah partner yang memiliki visi yang sama untuk maju, berkembang, dan sama-sama memiliki mimpi terhadap arahan bisnis dan perusahaan Kedua, pastikan ada diferensiasi skill dengan partner. Jadi, tujuannya adalah saling melengkapi satu sama lain. Saat kita sudah memiliki diferensiasi maka kita akan saling melengkapi satu sama lain. Di situlah kita bisa saling bersinergi.

Ketiga, bagaimana kita membangun hubungan tersebut juga dengan chemistry yang baik. Sebuah bisnis itu didasari pada sebuah relation yang baik. Jadi, ibarat orang belum menikah biasanya ada PDKT, ada pacarannya dulu. Sama, bisnis juga sama. Sebelum join bisnis, biasanya diawali dengan perkenalan dahulu. Begitu chemistry masuk, visi misinya sama, dan sudah dibekali dengan skill yang saling melengkapi maka tidak ada salahnya kemudian melakukan kolaborasi bisnis bersama sehingga kita bisa saling survive dalam menghadapi masa pandemi seperti sekarang.

Dari daftar portofolio bisnis Anda, apa brand yang paling kebal terhadap efek pandemi?

Saya rasa semua bisnis punya tantangan masing-masing, saya pun juga sama. Dari 21 bisnis yang saya terlibat baik secara aktif maupun pasif, semua mengalami tantangan. Bahkan, beberapa brand juga ada yang harus tutup.

Kalau saya ambil contoh beberapa brand yang saya kelola sendiri seperti Kebab Turki Baba Rafi, Container Kebab, Ngikan Yuk, Nyapii, dalam kondisi yang bisa bertahan di masa pandemi. Tapi tidak demikian dengan bisnis saya seperti Cakekinian yang kebanyakan di mall. Jadi, ada 12 outlet Cakekinian yang berada di mal dan sekarang hanya tersisa dua outlet.

Bayangkan, itu kan sangat pelik sekali. Jadi, bukan hal yang mudah buat kami. Tapi bisnis kami yang lain seperti Foresthree Coffee karena banyak yang berupa stand alone dan coffee shop maka masih bisa bertahan dengan baik. Jadi, pasang surut satu sama lain saling men-support agar bisa sama-sama melewati masa pandemi ini. Dengan harapan, setelah pandemi usai kita restart lebih kuat lagi.

Bagaimana kita mengatur strategi seefektif mungkin, agility adalah kuncinya. Bagaimana kita bisa beradaptasi dengan keadaan sekarang dan kita mampu survive dan melakukan inovasi-inovasi terhadap kondisi di bisnis kita.

Jadi, saya mengalami ada bisnis yang harus tutup, ada bisnis yang bisa bertahan, dan ada bisnis yang bisa menjadi champion di masa pandemi ini. Jadi, ini adalah kondisi yang luar biasa. Tak bisa dipungkiri dari empat kali krisis yang saya alami dalam saya berbisnis, masa pandemi ini adalah tantangan terberat. Kalau sebelumnya hanya aspek finansial saja, sekarang ada aspek kesehatan.

Kapan ini berakhir? Tidak ada yang tahu jawabannya, tapi kalau kita menunggu terus maka yang ada kita hidup dari cash flow terus. Jadi, bisnis harus bisa hidup dan menemukan strategi survive di masa sekarang.

Kemudian apa brand yang paling terkena dampak negatif pandemi? Lalu, apa adjustment yang Anda lakukan terhadap brand tersebut agar bisa terus bertahan?

Saya lihat secara global, kita harus lebih realistis pada zaman sekarang. Ibaratnya, di saat ada store yang merugi maka kita harus mengevaluasi bagaimana agar kita bisa tetap survive. Apakah bisa kita melakukan negosiasi ke landlord, ke pemilik lahan? Bisa atau enggak sih kita bernegosiasi agar ditangguhkan pembayaran sewanya? Beberapa ada yang memahami kondisinya dan menangguhkan pembayaran sewa. Akan tetapi, tidak semua begitu.

Jadi, karena cost tidak masuk maka kita mengambil opsi menutup sementara bisnis. Bukan permanen, hanya sementara. Karena kita yakin market akan kembali pulih. Tapi kalau terus-menerus kita jalankan sekarang, lama-lama kita bisa mati sendiri. Jadi, kita memilih screening outlet-outlet mana yang masih untung maka kita jalankan. Lalu yang sudah merugi di atas kertas lebih baik kita stop saja. Sehingga dengan cash flow yang ada bisa membuat survive bisnis secara keseluruhan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: