Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Rupiah Terus Stabil Ditopang Penjualan Obligasi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Ekonom The Royal Bank of Scotland, Vaninder Singh, optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terus stabil di kisaran Rp11.400 -Rp11.900 hingga akhir 2014, salah satunya ditopang tingginya minat investor terhadap obligasi negara.

"Volatilitas di pasar surat utang di Indonesia akan minim," kata Singh di Jakarta, Selasa (16/9/2014).

Singh juga meyakini kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang diwacanakan terjadi pada awal 2015 tidak akan serta merta mendorong investor melarikan modalnya secara besar-besaran. Hal itu karena pasar dan regulator sudah melakukan penyesuaian dan bersiap dengan bauran kebijakan untuk mengantisipasi pembalikkan arus investasi.

"Investor masih ingin berinvestasi di obligasi Indonesia dan itu yang menolong valuasi nilai mata uang," ujar dia.

Dia menilai Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan moneter ketat, setidaknya hingga pertengahan 2015. Pasalnya, lanjut Singh, Bank Indonesia perlu mempertimbangkan potensi penyesuaian kebijakan ekonomi oleh pemerintah baru dan besaran defisit transaksi berjalan.

Suku bunga acuan Bank Sentral yang dipatok di 7,5 persen, menurut Singh, juga tepat masuk dalam upaya BI untuk menjaga sasaran inflasi serta likuiditas pasar keuangan agar tetap baik.

"Jika sudah mulai ada yang 'berbahaya' dari dunia internasional, BI sebagai Bank Sentral akan mengintervensi pasar agar stabil dan tetap menjaga likuiditas," ujar dia.

Lebih lanjut, Singh menilai peringatan dan penyesuaian yang sudah dilakukan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan pelaku pasar tentang rencana kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan mampu meminimalisasi resiko pembalikkan arus modal.

"Sekarang, dengan ada komunikasi yang lebih panjang, efektifnya tidak seperti 'tiba-tiba', akan kecil dan stabil," ujarnya.

Dibandingkan dengan kebijakan The Fed untuk pengurangan stimulus (tappering off) pada pertengahan 2013 yang secara tiba-tiba, Singh mengatakan, saat ini pasar sudah waspada, dan diperkuat dengan kebijakan moneter dari regulator.

"Mungkin (kenaikan suku bunga The Fed) akan menarik uang mereka (investor) kembali ke AS, tapi bukan serta merta langsung pindah," kata dia.

Selain perkiraan stabilnya nilai tukar rupiah dan terbendungnya larinya arus midal, Singh mengemukakan data makro ekonomi Indonesia hingga akhir 2014 akan terus membaik.

Dia memperkirakan defisit neraca pembayaran Indonesia akan berada pada 2,8 persen dari Produk Domestik Bruto, yang bahkan di bawah acuan pemerintah di kisaran tiga persen. Namun, Singh memperkirakan inflasi akhir tahun dapat mencapai 5,8 persen.

Adapun, pertumbuhan ekonomi pada 2014 dia perkirakan berada di tingkat 5,2 persen. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: