Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Jaga Inflasi Tidak Cukup Andalkan 'BI Rate'

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada Denni Puspa Purbasari mengingatkan bahwa kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) tidak akan cukup untuk mengendalikan laju inflasi sesuai sasaran hingga akhir 2014, melainkan memerlukan instrumen moneter lainnya dan koordinasi kebijakan dari pemerintah pusat.

"Kita harusnya lihat sebab inflasi, bukan 'core inflation' yang dapat dikendalikan oleh BI. Dalam struktur komponen inflasi, ada peran dari pemerintah terutama untuk menjaga pasokan 'administered prices dan 'volatile food'," kata Denni di Jakarta, Jumat (19/9/2014).

Denni menyoroti perkiraan naiknya laju inflasi, jika terjadi kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak hingga akhir 2014. BI dan pemerintah, menurut Denni, perlu memperhatikan dampak awal, dan lanjutan (second round effect) dari kenaikan harga BBM tersebut.

Bauran kebijakan moneter, termasuk kebijakan suku bunga, ujar dia harus dibarengi dengan kebijakan pemerintah dalam menjaga pasokan bahan pangan yang kerap bergejolak (volatile food), dan juga barang yang harganya diatur pemerintah (administered prices). "Administered prices" dalam hal ini seperti BBM, ataupun juga gas elpiji.

"Soal dua barang ini, ini murni butuh kebijakan yang cepat dari pemerintah. Fokusnya bagaiamana harus jaga pasokan," ujar dia.

Dia menyarankan, agar pasokan bahan pangan dan energi harus dijamin oleh pemerintah sejak jauh-jauh hari dari kenaikkan harga ditetapkan. Pemerintah juga harus siap menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi habisnya kuota BBM bersubsidi sebelum 2014 berakhir, seperti yang diperkirakan PT. Pertamina.

Untuk kebijakan pemerintah, Denni menyarankan, pemerintah tidak melakukan kebijakan restriktif terhadap pasokan bahan pangan dan energi. Di sisi lain, menurut Denni, kebijakan memperlebar keran impor untuk barang pangan dan energi, dapat saja dilakukan, untuk menjaga pasokan.

"Sekarang sudah musim kering, jangan jadi tutup mata. Ingat pengalaman saat kita restriktif soal pasokan impor, akhirnya pasokan dalam negeri kurang. Semua serba mahal, dan inflasi melonjak," ujar dia.

Menurut Denni, untuk menjaga inflasi sesuai sasaran 4,5 persen plus minus satu persen di 2014, ruang gerak BI tidak lagi luas, karena harus dibarengi kebijakan yang cepat dari pemerintah. Dia menambahkan, kebijakan pemerintah teramat penting, karena mempertaruhkan ekspetasi pelaku pasar yang dapat mempengaruhi pergerakan arus modal.

Sebelumnya, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Solikin M Juhro mengatakan bank sentral akan menggunakan bauran instrumen untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari perkiraan naiknya inflasi. Instrumen moneter in juga perlu direspon dengan kebijakan yang berkoordinasi dengan pemerintah.

"Langkahnya juga harus pre emptive, tidak harus suku bunga. Tergantung kenaikannya, tergantung kapannya, dan tergantung sampai mana dampaknya," ujar Solikin.

Inflasi Agustus tercatat 0,47 persen atau 3,99 persen secara tahunan (year on year). BI melihat inflasi sampai Agustus masih sejalan dengan pencapaian sasaran 4,5 plus minus 1 persen pada 2014.

Namun, BI melihat inflasi tahun ini bisa mendekati ke batas atas sasaran inflasi 4,5 plus minus 1 persen, jika harga BBM dinaikkan. Proyeksi itu sudah termasuk dampak kenaikan harga elpiji 12 kg beberapa waktu lalu. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: