Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Meski Tak Bergejolak, Pengumuman Kabinet Tetap Ditunggu

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang-Ekonom makro dari Universitas Widya Mandira Kupang Dr Thomas Ola Langoday mengatakan reaksi pasar saat ini masih normal bahkan terkesan stagnan menunggu pengumuman kabinet Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Padahal, jika tarik-menarik politik berlarut-larut seperti pengumuman kabinet ini, pasar pasti gusar dan nampak pertama melalui gejolak nilai tukar. Tetapi sampai sekarang masih tetap stagnan," katanya di Kupang, Sabtu(25/10/2014) .

Ia mengatakan dalam hukum ekonomi apabila tarik-menarik kepentingan terus berlarut tanpa ada kepastian, maka para pelaku pasar akan gusar dan dengan demikian tingkat kestabilan akan goyah dan terjadi gejolak yang berdampak pada investor yang mundur atau enggan menanamkan modalnya di Tanah Air.

Namun menurut Dekan Fakultas Ekonomi Unwira Kupang itu, pada momentum pengumuman kabinet Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang terus tertunda kondisi perekonomian masih normal dan aman tanpa gejolak berarti.

Kecuali itu katanya sejumlah investor masih menunggu dan melihat kapan kabinet Presiden Joko Widodo diumumkan. Dengan adanya 'delay' (penundaan) seperti ini, tanpa kejelasan dan kepastian waktu, bisa saja menimbulkan tanda tanya di pasar.

Jadi harus dipahami bahwa penundaan pengumuman kabinet juga menjadi salah satu sentimen melemahnya nilai tukar rupiah, namun fakta yang terjadi hingga Sabtu, pagi, kondisi tetap normal.

Secara global, berdasarkan hasil analisis Tim Evans dari Citi Futures, harga minyak mentah turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kekhawatiran permintaan global dan pertanyaan tentang laporan pengurangan produksi Arab Saudi yangmendorong kenaikan harga pada Kamis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 1,08 dolar AS menjadi 81,01 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Desember, turun 70 sen menjadi menetap di 86,13 dolar AS per barel di perdagangan London.

Harga minyak memulai kembali penurunannya setelah meningkat tajam pada Kamis didorong laporan bahwa anggota utama OPEC Arab Saudi memotong pasokannya ke pasar internasional pada September.

"Pasar minyak global telah kembali miring ke sisi negatifnya, menegaskan kembali sentimen 'bearish' yang dominan, karena laporan penurunan pasokan Arab Saudi ke pasar diabaikan akibat lebih lemahnya permintaan daripada upaya konstruktif untuk mengubah pasar lebih tinggi," katanya.

Bukan cuma itu, menurut Langoday, Analis dan ekonom Bank Negara Indonesia Ryan Kiryanto memperkirakan penataan kebinet atau pemerintahan yang baik akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,8 persen pada 2015.

"Sesuai yang ditetapkan dalam APBN 2015 saya yakin 5,8 persen mampu dicapai, bahkan lebih dari itu," katanya.

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut katanya Presiden Joko Widodo harus mampu mengonsolidasikan seluruh kementerian sehingga tidak ada yang berjalan sendiri-sendiri. Setiap menteri harus berjalan dinamis namun harus tetap dalam satu koordinasi.

"Jangan sampai kesannya tidak kompak padahal ada di bawah satu menteri koordinasi yang sama. Semua harus seirama baik dalam visi maupun tindakan," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: