Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mencari Kurikulum yang Tepat bagi Peserta Didik (Bagian I)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pemerintah telah memutuskan untuk menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk diperbaiki terlebih dahulu. Kurikulum peninggalan pemerintahan sebelumnya itu, tampaknya dinilai kurang ideal untuk diterapkan kepada para peserta didik di Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengemukakan bahwa Kurikulum 2013 akan disempurnakan dan dikembangkan sebelum diterapkan kembali ke sekolah-sekolah.

"Proses penyempurnaan Kurikulum 2013 tidak berhenti, akan diperbaiki dan dikembangkan, serta dilaksanakan di sekolah-sekolah percontohan yang selama ini telah menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester terakhir," ucap Anies Baswedan.

Keputusan penundaan Kurikulum 2013 itu kemudian memunculkan pertanyaan, bagaimanakah kurikulum yang paling ideal untuk siswa? Apakah kurikulum dan metode pendidikan yang diterapkan di negara lain bisa diterapkan di Indonesia?

Psikiater anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, penyusunan kurikulum seharusnya melibatkan multidisiplin ilmu untuk mendapatkan formula yang tepat bagi peserta didik.

"Formula pendidikan yang diterapkan pada peserta didik tidak bisa hanya disusun oleh satu bidang saja. Pendidikan anak itu juga melibatkan banyak bidang seperti kejiwaan, psikologi, kesehatan dan lain-lain," tutur Ika Widyawati kepada Antara saat ditemui di Jakarta, Rabu (24/12/2014).

Ika mengatakan, seingat dia, penyusunan kurikulum yang melibatkan multidisiplin ilmu terjadi terakhir kali pada 1994. Saat itu, dia bersama beberapa pakar di berbagai bidang ilmu dikarantina untuk merumuskan kurikulum yang paling tepat.

Meskipun sempat kecewa, karena masukannya bersama beberapa pakar lain tidak diakomodasi dalam kurikulum baru yang disusun, Ika mengatakan seharusnya penyusunan kurikulum tetap melibatkan pihak lain di luar bidang pendidikan.

"Misalnya, dokter mata yang bisa memberikan masukan bagaimana seharusnya tulisan dalam buku pelajaran. Mata anak itu belum bisa untuk membaca tulisan yang terlalu kecil," tuturnya.

Karena itu, buku pelajaran anak seharusnya menggunakan tulisan yang relatif lebih besar. Namun, yang terjadi saat ini, buku-buku pelajaran anak sejak dari mula sudah berukuran kecil sehingga anak menjadi enggan membaca.

"Kemudian yang disalahkan adalah anaknya disebut malas membaca. Padahal, ukuran hurufnya terlalu kecil sehingga mereka kesulitan untuk membaca," ucapnya.

Menurut Ika, orang tua memiliki peran besar dalam proses belajar anak, terutama dalam kurikulum pendidikan yang menuntut anak mampu membaca sejak kelas I SD.

"Dulu kelas I SD berlatih membaca, menulis, berhitung dan bermain. Sekarang, siswa kelas I dituntut bisa itu semua. Kalau orang tua tidak memberi perhatian dengan mengajari, anak akan tertinggal," paparnya.

Ika mengatakan percuma orang tua mengikutsertakan anaknya dengan les membaca, menulis dan berhitung bila mereka sendiri tidak pernah mau meluangkan waktu untuk mengajari sendiri. Apalagi saat ini untuk bisa diterima di SD, beberapa sekolah mensyaratkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Akibatnya, masa anak-anak untuk bermain semakin berkurang karena harus belajar membaca, menulis dan berhitung sejak dini.

Terkait Kurikulum 2013 yang akhirnya diputuskan untuk ditunda oleh pemerintah, Ika mengatakan hal itu merupakan yang terbaik. Apalagi, dia sempat membaca berita bahwa kurikulum tersebut disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tanpa melibatkan guru yang mengajar siswa secara langsung.

"Bagaimana mungkin orang yang tidak terjun langsung mengajar anak dipercaya untuk menyusun kurikulum. Saya baca di berita, gurunya saja bingung dengan Kurikulum 2013, apalagi muridnya," tukas dia. (Ant)

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: