Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Indonesia Berpotensi Membaik di Tengah Gejolak Global

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Perekonomian dunia pada tahun 2015 diperkirakan terus bergejolak dan mengalami ketidakpastian. Hal ini dipicu oleh perlambatan ekonomi China, melemahnya harga komoditas di pasar internasional, dan rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).

Perlambatan ekonomi China serta turunnya harga komoditas di pasar internasional berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini. Sementara, rencana kenaikan suku bunga acuan di AS seiring dengan pemulihan ekonomi AS juga berpotensi memicu ketatnya kondisi likuiditas yang pada akhirnya dapat menekan pertumbuhan investasi di negara berkembang termasuk Indonesia.

Meski begitu, Chief Economist, Global Market PermataBank Josua Pardede mengatakan, Perekonomian Indonesia Berpotensi Membaik Meski Perekonomian Global masih menunjukkan ketidakpastian. Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi didasarkan pada kebijakan ekonomi pemerintahan baru dalam memperlebar ruang fiskal sehingga mampu memberikan stimulus yang nyata bagi pembangunan sektor riil seperti penguatan sektor hulu serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk mendukung hilirisasi industri.

"Perbaikan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 didorong oleh sisi pengeluaran investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih baik. Peningkatan investasi khususnya didorong oleh belanja pemerintah untuk kegiatan pembangunan infrastruktur. Di samping itu, membaiknya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh ekspektasi turunnya laju inflasi seiring turunnya harga BBM dan harga-harga yang diatur pemerintah," jelas Josua dalam media gathering Global Market Updated di Jakarta, Rabu (22/4/2015).

Lebih jauh dia menilai, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan kuartal IV 2014.

"Investasi masih melambat karena investor masih wait and see, atas janji-janji Presiden Joko Widodo, dan kestabilan hukum dan politik. Dari sisi ekonomi masih cukup stabil. Realisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu juga cukup baik untuk meningkatkan investasi. Konsumsi masyarakat cenderung masih stabil, apalagi harga bahan bakar minyak sudah mulai turun. Dari sisi ekspor juga belum ada peningkatan signifikan, apalagi harga minyak dunia dan komoditas masih melambat," ungkapnya.

Adapun dari sisi belanja pemerintah pada kuartal I 2015 belum ada perubahan signifikan. Alasannya, penyerapan anggaran baru akan dilakukan pada semester II tahun ini.

"Dengan kebijakan presiden yang menetapkan lelang barang dan jasa paling lambat Maret, maka realisasi belanja paling cepat baru mulai pada semester II," sahut Josua.

Lebih lanjut Josua menegaskan, Meski pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015 diprediksi melambat, namun pertumbuhan sepanjang 2015 di perkirakan di kisaran 5,0%-5,3%.

"Pasalnya, belanja pemerintah tahun ini cukup besar meski semua nya sangat tergantung pada realisasi penyerapannya. Investasi juga cenderung meningkat apalagi jika janji kampanye Presiden Joko Widodo direalisasikan dan kestabilan politik serta hukum dapat ditegakkan," imbuh dia.

Sementara dari sisi produksi, sektor tersier seperti industri jasa-jasa, transportasi dan pergudangan, telekomunikasi, dan jasa keuangan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Sementara, sektor manufaktur yang berkontribusi sekitar 20% dari perekonomian Indonesia, diperkirakan masih akan tumbuh stagnan pada tahun ini.

"Tekanan inflasi diperkirakan akan mereda sepanjang tahun ini. Dalam jangka pendek, tekanan inflasi dari pangan diperkirakan masih relatif tinggi, terutama terkait dengan cuaca buruk. Pemerintah memutuskan untuk menghapus subsidi bensin dan menerapkan subsidi diesel tetap Rp1.000/liter mulai efektif 1 Januari 2015. Mengenai pelaksanaan reformasi kebijakan subsidi, volatilitas harga minyak dunia kemungkinan akan membawa dinamika baru untuk inflasi. Fluktuasi harga minyak dan nilai tukar rupiah akan memiliki dampak langsung yang lebih besar pada inflasi," terangnya

Namun demikian, kata Josua, penyesuaian harga BBM dalam negeri akan memudahkan ekspektasi inflasi, karena akan menurunkan kemungkinan dampak penyesuaina harga BBM dalam satu waktu.

"Jadi secara keseluruhan, inflasi pada tahun 2015 diperkirakan akan berada di kisaran 4,5% -5,0%," tutupnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: