Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nuh: NU Butuh Transformasi Organisasi

Warta Ekonomi -

WE Online, Surabaya - A'wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mohammad Nuh, berpendapat bahwa Muktamar NU ke-33 yang akan berlangsung 1-5 Agusuts di Jombang, Jawa Timur, sebaiknya menjadi momentum untuk mendorong kebangkitan kedua organisasi Islam terbesar dunia ini. Kebangkitan pertama terjadi ketika NU lahir pada 1926.

"Kebangkitan kedua akan terjadi ketika NU berusia 100 tahun pada 2026, yang kondinya berbarengan dengan kebangkitan Asia," ujar Nuh, Jumat (31/7) di Surabaya.

Agar kebangkitan kedua NU dapat berjalan dengan baik, Nuh berpendapat ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan. Salah satu persiapan adalah memperkuat komitmen dengan mengacu pada komitmen awal pendirian NU. Pendirian NU diawali oleh pendirian tiga organisasi yang berkomitmen pada pemberdayaan masyarakat yakni Nahdlotul-Wathon (1916), Taswirul Afkar dan Nahdlotul Tujjar (1918).

Dari komitmen awal itu, Nuh menilai NU perlu memperkuat pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya warga Nahdliyin dalam tiga bidang utama yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

"Kita harus berani melihat diri sendiri, apakah di tiga bidang itu kita sudah cukup punya produk dan kontribusi ikonik," tutur Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya ini.

Produk dan kontribusi ikonik tersebut bisa dilihat, misalnya, apakah NU punya perguruan tinggi bermutu yang menjadi rujukan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Juga, misalnya, apakah jika masyarakat berobat, rumah sakit milik NU yang menjadi rujukan. Dan, apakah ketika beraktivitas ekonomi, NU memiliki pusat perekonomian, bank, atau koperasi misalnya, yang kuat yang didatangi masyarakat.

"Jika belum, maka kita perlu bekerja keras melakkan pembenahan agar NU punya produk dan kontribusi ikonik di tiga bidang tersebut," ucap salah satu pendiri Universitas NU Surabaya ini.

Pembenahan itu juga penting, karena Nuh melihat sejalan dengan perbaikan perekonominan Indonesia, terjadi mobilitas vertikal masyarkat NU.

"Jika NU tak bisa mewadahi, maka mobilitas vertikal tersebut tak akan banyak bermanfaat bagi NU secara organisasi," ucapnya.

Nuh berpendapat, apabila pembenahan itu mampu mewadahi mobilitas masyarakat NU, maka NU akan lebih punya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan menjadi organisasi besar dunia, dengan misi rahmatan lil alamin.

"Sehingga NU akan lebih bisa mewarnai wajah Islam dunia," tuturnya.

Agar hal tesebut terwujud, Nuh memaparkan, setidak ada empat langkah strategi perlu dilaksanakan untuk menuju 100 tahun NU. Pertama, menaikkan leverage NU secara nasional dan Internasional. Kedua, melestarikan dan memperkuat sistem ahlussunah wal jamaah (aswaja) untuk membangun peradaban bangsa dan umat manusia. Keempat, meningkatkan kemanfaatan terutama dalam memenuhi kebutuhan fundamental: pendidikan, kesehatan dan perekonomian.

Langkah strategis itu kemudian dibarengi dengan upaya transformasi organisasi. "Setidaknya ada empat langkah transformasi," tutur mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini.

Pertama, melakukan mobilisasi sumber daya NU, baik sumber daya manusia dan asetnya, yang tersebar untuk masuk ke rumah besar NU. Kedua, perlu dilakukan penguatan tata kelola, termasuk standar operasional-prosedur dan modernisasi infrastruktur. Ketiga, penguatan dan pemberdayaan majelis wakil cabang (MWC), cabang, wilayah, badan-lembaga otonom dan lajna. Terakhir, keempat, penguatan jejaring.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Achmad Fauzi
Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: