Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina Salurkan Biosolar ke SPBU di Riau

Warta Ekonomi -

WE Online, Pekanbaru - PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Sumatera Bagian Utara wilayah Riau menyatakan perusahaan plat merah tersebut telah menyalurkan biofuel ke solar (biosolar) ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Riau.

"Kami sudah salurkan 10 persen biofuel ke solar subsidi menjadi biosolar. Jadi, solarnya ada 90 persen dan biofuel 10 persen untuk SPBU-SPBU yang berada di Riau," kata Marketing Branch Manager Pertamina Riau Sumbar Ardyan Adhitia di Pekanbaru, Jumat (11/7/2014).

Perusahaan dengan status badan usaha milik negara (BUMN) yang salah satu tugasnya mengurusi bahan bakar minyak di Tanah Air tersebut, lanjutnya telah mendistribusikan biosolar ke seluruh SPBU di Riau sejak awal tahun 2014. Saat ini jumlah SPBU di provinsi itu berjumlah 131 unit, tapi yang aktif beroperasi hanya 129 unit dan dari jumlah itu sebanyak 39 unit SPBU berada di Kota Pekanbaru.

"Kalau untuk Pekanbaru sendiri, kita sudah salurkan. Yang dijual sekarang di setiap SPBU kepada masyarakat atau pengguna kendaraan bermotor tersebut adalah jenis biosolar dan bukan solar murni," katanya.

Menurutnya, kebijakan mandatory atau wajib dipenuhi mengenai pencampuran unsur nabati biofuel ke solar bukan kebijakan yang baru bagi Pertamina karena di 2008 sudah dijalankan dan pemakaian biosolar pada 2009 kembali diwajibkan dengan skenario berbeda-beda.

"Tahun 2013 diterbitkan Permen Energi dan Sumber Daya Mineral yang baru per tanggal 1 Januari 2014. Itu harus melakukan penjualan dengan komposisi sebesar 10 persen biofuel dan sisanya solar," ucapnya.

Bank Indonesia Riau bulan lalu menyatakan kebijakan pemerintah yang dikeluarkan Agustus 2013 mengenai penggunaan bahan bakar nabati untuk mengurangi peningkatan konsumsi bahan bakar minyak belum sepenuhnya terealisasi di provinsi tersebut.

"Kami sudah berkoordinasi dengan asosiasi sawit kemudian pelaku industri. Ternyata belum maksimal penyerapan dari kebijakan pemerintah itu mengenai penggunaan biodiesel dalam porsi biosolar," ujar Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau Mahdi Muhammad.

Akibatnya, lanjut dia, impor bahan bakar minyak terutama solar di provinsi tersebut masih sangat besar atau melebihi impor periode yang sama pada tahun lalu karena produk yang diimpor tidak berkurang. Sedangkan, pada satu sisi pemerintah secara serius menambah pemakaian biodiesel dalam porsi biosolar yang baru mencapai 1,91 persen menjadi 10 persen dalam rangka mengirit pemakaian bahan bakar minyak di samping melemahnya nilai tukar rupiah.

"Sebenarnya, sudah ada kebijakan dari pemerintah yakni melakukan konversi solar itu dari biosolar dengan penggunaan sebesar 10 persen dari biofuel atau produk turunan minyak sawit mentah," katanya.

Pemerintah mengharapkan kebijakan penggunan biodiesel berbahan baku minyak sawit mentah dapat menekan impor minyak dan gas bumi serta memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan serta mengurangi beban belanja subsidi energi dengan jumlah mendekati Rp 300 triliun pada 2014. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: