Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Capres Cawapres Harus Siap Menang Dan Siap Kalah

Warta Ekonomi -

WE Online - Kedua kubu calon presiden dan calon wakil presiden (capres/cawapres) kini sedang harap-harap cemas menanti pengumuman Komisi Pemilihan Umum, meski ada yang yakin menang mengacu pada hasil quick count atau hitung cepat dari lembaga survei.

Namun, kedua kubu berjanji akan menciptakan suasana aman dan damai saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil penghitungan suara tingkat nasional pada 22 Juli 2014.

Relawan yang tergabung dalam tim Joko Widodo-Jusuf Kalla menurut Juru Bicara Tim Pasangan Jokowi-JK, Anies Baswedan bertekad menciptakan suasana kondusif menjelang pengumuman hasil rekapitulasi KPU 22 Juli tersebut.

Dia menyebutkan, semua relawan juga bakal menghormati apapun keputusan KPU sehingga merupakan hal yang tidak benar bila ada pemberitaan yang menyebutkan bahwa relawan akan memboikot hasil Pilpres 2014.

Ketua Projo (relawan Jokowi) Budi Arief Setiadi juga menyatakan, "Kita jaga suasana damai, kita mengikuti apapun hasil di KPU. Siapapun pasangan yang menang, pemenang sesungguhnya adalah rakyat." Pernyataan Budi diamini Ketua Relawan 44, Syarief Hidayatullah yang mengklaim membawahi 700 organisasi relawan Prabowo-Hatta. Syarief menekankan pihaknya juga menginginkan terjaganya suasana damai pada 22 Juli 2014.

Oleh karena itu, Syarief mengajak semua pihak untuk bisa bersikap tenang dalam menerima apapun keputusan KPU Pusat. Dia mengatakan pihaknya tetap akan mengerahkan massa untuk menjaga KPU di hari pengumuman nanti. Pengerahan massa ini bukan untuk menimbulkan keributan, namun justru untuk menciptakan suasana damai.

Sementara itu pengamat Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Margarito mengimbau seluruh kalangan untuk tidak emosi saat menerima pengumuman hasil akhir perolehan suara Pilpres 2014. "Pilpres merupakan proses demokrasi masyarakat agar mampu berpolitik secara dewasa dan bijaksana." Secara hokum, katanya, satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan untuk menyatakan siapa kalah dan siapa menang adalah KPU, kewenangan itu tidak bisa ditunda, dikesampingkan, dalam keadaan apapun, untuk alasan apapun dan oleh siapapun. Untuk berdemokrasi dengan baik kita tidak punya pilihan lain kecuali patuh kepada hukum. Dia juga mengingatkan, andai selisih lebih dari satu persen, lebih baik tidak usah pergi ke Mahkamah Konstitusi, karena satu persen saja butuh 1,5 juta suara dan itu bukan perkara sedikit. Jangan berkelahi, tidak ada faedahnya berkelahi, apalagi rakyat yang kecil-kecil.

Hal senada juga disampaikan Guru Besar Universitas Muhammadiyah, Malang, Laode Kamaluddin. Kedua pasangan capres dan cawapres serta pendukungnyahendaknya sportif menerima hasil apapun nantinya.

"Kedua belah pihak menyiapkan dua pidato, pidato kemenangan dan pidato kekalahan, akan memberikan sebuah signal kepada pengikutnya masing-masing yang menang jangan juga exciting, yang kalah juga jangan terlalu melankolis, pemilihan ini menjadi langkah awal dari kematangan demokrasi Indonesia ke depan," kata Laode.

Sementara pengamat Hukum Pidana Universitas Islam Indonesia (UII), Mudzakir berpendapat saling menghargai adalah kunci utama menciptakan suasana kondusif saat pengumuman hasil perolehan suara. "Jangan sekali-kali membuat pernyataan seolah-olah seperti pemenang atau meremehkan peserta lain seolah-olah capres itu yang kalah sebelum penetapan KPU," katanya.

Terkait menjaga duasana tetap kondusif, Kadiv Humas Mabes Polri, Ronny Sompie mengharapkan masyaralat tidak mudah terpancing isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan saat hasil perolehan suara pilpres diumumkan KPU. Polri berharap masyarakat mengawal pengumuman nanti dengan berdoa untuk kebaikan bangsa dan negara.

"Basis keamanan dan ketertiban ada di masyarakat. Karena itu, masyarakat tentunya semakin cerdas mencermati setiap perkembangan situasi berkaitan dengan pilpres 2014. Polri selalu siaga untuk menyiapkan pengamanan. Kita harus yakin pada perlidungan Tuhan YME. Doa masyarakat Indonesia akan memberikan hidmat kepada seluruh yang terlibat agar bisa berpikir, bersikap dan bertindak bijaksana," kata Ronny.

Selasa (22/7) adalah jadwal resmi KPU untuk mengumumkan hasil rekapitulasi pemilihan presiden. Senin (21/7) KPU akan memulai rapat pleno rekapitulasi suara tingkat nasional. Siapa pemenang Pilpres 2014 akan diketahui paling lambat keesokan harinya.

Kawal dan awasi bersama Relawan Prabowo-Hatta beberapa hari lalu menggelar apel siaga. Menurut anggota Dewan Penasihat Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Yunus Yosfiah, apel itu bukan untuk menimbulkan kerusuhan. "Pengerahan relawan justru untuk menjaga suasana damai dan kondusif. Kami juga menempatkan personel di KPU saat pengumuman nanti agar tercipta suasana aman dan KPU tidak merasa terintimidasi," katanya.

Capres nomor urut 2 Joko Widodo memerintahkan para pendukungnya menanggalkan atribut selama masa kampanye pilpres lalu. Dia mengajak semuanya kembali pada identitas sebagai bangsa Indonesia. "Kita kembalilah ke sebuah Indonesia Raya," katanya.

Dia menilai penting segera mengembalikan suasana di masyarakat. Seperti sebelum pelaksanaan pilpres. Ia sudah memulai dengan tidak lagi memakai baju kotak-kotak yang menjadi ciri khasnya selama masa kampanye. Gubernur nonaktif DKI Jakarta itu memilih mengenakan baju putih.

Jokowi menyebutkan, atribut kampanye yang dimaksudnya tidak hanya sebatas baju kotak-kotak. Tapi juga semua hal yang berkaitan dengan kampanye pemenangan. Dia juga menegaskan, pihaknya tidak akan mengerahkan massa pada 22 Juli dan menyeru relawan cukup berada di rumah. Doa maupun rasa syukur cukup dilakukan di rumah masing-masing.

Sementara itu Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK yang juga Ketua DPP Partai Hanura,Yuddy Chrisnandi mengingatkan, semua pihak tentu menginginkan KPU dan segala instrumennya dapat bekerja secara profesional, taat hukum dan jujur dalam melakukan rekapitulasi suara di semua tingkatan.

Oleh karena itu dia mendesak Bawaslu, Panwas berikut aparat Polri menindak siapa saja, tanpa tebang pilih, dari pihak mana saja yang melakukan kecurangan pemilu, mengubah hasil perhitungan, memalsukan dokumen hasil pemilihan, harus ditindak, diberi sanksi tegas.

Dengan demikian, katanya, hasil Pilpres yang akan ditetapkan KPU pada 22 Juli nanti dapat diterima oleh semua pihak. "Kami, Tim Kampanye Nasional Jokowi-JK,mengajak semua pihak, relawan, kader partai koalisi, seluruh masyarakat, bahkan para pendukung Capres Prabowo-Hata, untuk bersama-sama menyaksikan dan mengawasi proses perhitungan suara KPU di semua tingkatan hingga puncaknya 22 Juli," ujarnya.

Dengan pengawalan bersama, katanya lagi, segala bentuk kecurangan maupun kecurigaan bisa dihilangkan. Sehingga baik para pendukung Jokowi-JK maupun pendukung Prabowo-Hatta, tidak perlu mengancam KPU atau mengancam untuk mengerahkan massa ke KPU.

"Mari kita bersama-sama menciptakan suasana yang tenang, sejuk dan damai menyongsong pengumuman hasil Pilpres 22 Juli dan menyambut presiden dan wakil presiden baru yag terpilih nanti. Apapun hasilnya, kemenangan adalah milik seluruh rakyat Indonesia," kata Yuddy.

Itu artinya setiap pasangan capres/cawapres dan para pendukungnya sepantasnya legowo - siap untuk menang dan siap untuk kalah.(Ant)

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor:

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: