Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jurus Bukit Asam Tahan Tekanan (Bagian I)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- Menjadi perusahaan yang unggul di bawah tekanan pasar menjadi prestasi. Namun, tak semudah membalikkan tangan mampu menjadi perusahaan yang jago. Pasar batubara yang seret, tak hentikan agresifitas Bukit Asam. Bagaimana strategi BUMN pertambangan batubara ini?

Perjalanan panjang menuju lokasi pertambangan menjadi “makanan” para pemburu tambang. Jarak tempuh boleh sama, tapi waktu tempuh bisa berlipat-lipat selisihnya. Pasalnya, kondisi medan perjalanan sangat menentukan waktu tempuh hingga titik pertambangan. Salah satu lokasi tambang di Tanjung Enim misalnya. Waktu tempuh dalam kondisi normal dari Kota Palembang menuju Tanjung Enim dapat memakan waktu hingga 5 jam. Begitulah Milawarma, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menggambarkan letak dan waktu tempuh salah satu lokasi tambang Bukit Asam. Membutuhkan perjuangan yang besar untuk mencapai lokasi tersebut.

Mungkin itu hanya salah bagian perjuangan yang harus dilakukan seluruh awak PTBA. Tak kalah lagi perjuangan perusahaan untuk tetap menjadi perusahaan  tambang yang profitabel. Membutuhkan perjuangan yang keras. Apalagi kondisi pasar batubara saat ini. Di tengah kepungan harga batubara yang tidak bersahabat, PTBA harus berjuang keras dan memutar otak untuk mencetak strategi agar sukses secara berkelanjutan.

Selama tahun 2013, harga batubara terpuruk. Sepanjang periode tersebut, harga batubara di rata-rata harga jual batubara sepanjang tahun 2013 berdasarkan New Castle Export Index (NEX) Australia berada di level US$79,70 per ton. Sedangkan rata-rata harga jual pada tahun 2012 berkisar pada harga US$97 per ton. Kondisi ini sangat memukul industri batubara di Tanah Air. Apalagi biaya produksi yang terus meningkat berbanding terbalik dengan harga batubara yang rendah. Tak jarang perusahaan batubara dunia memilih langkah untuk menurunkan produksinya bahkan ada yang menghentikan operasinya.

Di tengah tekanan harga tersebut PTBA berhasil melewatinya. PTBA berhasil membukukan pendapatan dan laba bersih yang menggembirakan di tahun 2013. Memang tidak sebesar tahun 2012. Penjualan perseroan turun dari Rp11,59 triliun tahun 2012 menjadi Rp11,21 triliun pada 2013. Meski sebenarnya secara kuantitatif produksi PTBA meningkat di tahun lalu. Tercatat produksi batubara PTBA naik menjadi 15,09 juta ton di tahun 2013 dari produksi 13,97 juta ton di tahun 2012. Selain itu, laba bersih perseroan juga bergeser dari Rp2,91 triliun menjadi Rp1,85 triliun.

Meski tak seberuntung tahun lalu, PTBA bernasib lebih baik dibandingkan perusahaan batubara lainnya, khususnya yang sama-sama terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Net Profit Margin (NPM) kita sebesar 17 persen. Saya masih ingat di tahun 2011, kita masih 29 persen. Memang, kita turun, tapi yang lain nyungsrep semua. Padahal produksi mereka bisa sampai 3-4 kali kita,” kata Milawarma.

Optimistis tampaknya masih terus membakar semangat PTBA untuk memenangkan kompetisi di pasar batubara. Masih banyak kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh PTBA, meski harga batubara menghantam perusahaan. Perusahaan batubara “pelat merah” ini melihat pasar batubara di kawasan Asia Selatan cukup besar dengan tingkat konsumsi sekitar 80% dari konsumsi dunia.  Posisi Indonesia sangat diuntungkan. Indonesia dekat pasar terbesar secara faktor geografis.  Oleh karena itu, hal ini dipandang PTBA sebagai kesempatan besar untuk mengalirkan hasil produksi batubaranya. Australia sebagai salah satu rival batubara Indonesia masih kalah strategis. Menurut Milawarma, ongkos pengapalan dari Indonesia ke India, Tiongkok Selatan, dan Jepang hampir 50% lebih rendah. Itulah keuntungan faktor geografis Indonesia.

 Bukit Asam juga memainkan porsi penjualan komoditas batubara yang ke dalam dan luar negeri. Mulai menyeimbangkan penjualan ke dalam dan luar negeri. Dirut PTBA mengklaim penjualan batubara sudah 50:50. Sebagian ke luar negeri dan sebagian lainnya untuk pasar domestik. Namun, bukan berarti proporsi tersebut harga mati. Artinya, PTBA tetap secara seksama indikator-indikator makro ekonomi untuk menentukan strategi bermain di pasar luar negeri dan domestik.

Kesempatan maupun ancaman memang berkeliaran. Kesempatan yang sangat besar akan memberikan nilai bagi perusahaan bila perusahaan menangkap dan mampu membuatnya sebagai pundi-pundi pendapatan. Begitu pula ancaman dapat menelan perusahaan kapanpun bila perusahaan lengah. Tak hanya kondisi pasar saja yang menekan perusahaan, tapi kompetitor menelan mentah-mentah bukanlah hal yang mustahil. Dalam berbagai situasi yang sekarang terjadi di internal maupun industri batubara beserta lingkungan pendukungnya, Bukit Asam telah mengambil langkah-langkah strategis untuk tetap menjadi perusahaan batubara yang berkinerja kinclong. Tak hanya untuk saat ini, tapi rencana jangka panjang telah dipersiapkannya. (BERSAMBUNG)

 

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Nomor 10 Tahun 2014

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Arif Hatta

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: