Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wamendag Harapkan Pemerintahan Baru Mampu Dorong Ekspor Non-Migas

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag )Bayu Krisnamurthi menyatakan pemerintahan baru diharapkan mampu mendorong ekspor non-migas Indonesia di mana saat ini kondisinya sudah mulai mengalami peningkatan, khususnya untuk pasar-pasar baru.

"Tetapi, yang harus menjadi perhatian ke depan adalah defisit. Non-migas itu paling tidak harus bisa meminimkan defisit atau memperbesar surplus non-migas. Untuk migas itu kebijakan lain," kata Bayu saat berdiskusi dengan wartawan di Jakarta, Jumat (22/8/2014).

Ia mengatakan bahwa yang harus menjadi perhatian adalah terkait defisit neraca perdagangan akibat dari tingginya tekanan importasi migas. Namun, dengan adanya beberapa pasar baru (non-tradisional) yang memiliki potensi besar maka diharapkan mampu meningkatkan ekspor non-migas.

Menurut Bayu, salah satu contohnya adalah Uni Emirat Arab khususnya Dubai yang mampu menjadi penghubung dan menjadi simpul perdagangan untuk wilayah Timur Tengah dan juga Afrika. Artinya, produk-produk asal Indonesia bukan hanya masuk ke UEA saja, melainkan juga di wilayah sekitar negara tersebut.

"Ada beberapa potensi yang bisa dikerjakan lebih lanjut dan itu merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dilakukan selama ini. Jika terputus maka kita akan kehilangan momentumnya," ujar Bayu.

Selain itu, lanjut Bayu, negara-negara tradisional juga masih harus menjadi perhatian. Salah satu contoh adalah Amerika Serikat yang pada semester I 2014 pasar AS sudah mengalami perbaikan dengan memberikan indikasi menggeliatnya impor atas produk-produk Indonesia.

"Dengan berbagai macam bentuk impor mereka, itu merupakan cerminan dari geliat pertumbuhan ekonomi AS yang mulai positif," ujar Bayu.

Berdasarkan data Kemendag, kinerja ekspor ke beberapa negara juga mengalami pertumbuhan pada semester I 2014, seperti Singapura mengalami pertumbuhan sebesar 2,2 persen, Amerika Serikat 5,1 persen, Inggris 4,9 persen, dan Italia 4,6 persen.

Namun, beberapa negara mengalami penurunan seperti Jepang yang turun 16 persen dan Tiongkok 13,4 persen. Sementara ekspor ke beberapa negara prospektif juga mengalami peningkatan, seperti Australia tumbuh 40 persen, Uni Emirat Arab 69,4 persen, dan juga republik Afrika Selatan sebesar 101,7 persen. Untuk produk-produk utama yang mengalami peningkatan adalah produk kimia tumbuh 14,9 persen, makanan olahan 13,9 persen, dan juga sumbangan dari industri otomotif sebesar 6,6 persen.

Selain itu, untuk produk prospektif seperti perhiasan juga mengalami pertumbuhan sebesar 99,6 persen, udang 31,6 persen, kakao dan olahannya 21,8 persen. Meskipun demikian, beberapa produk Indonesia yang mengalami penurunan ekspor pada semester I di antaranya adalah tekstil dan produk tekstil sebesar 2,3 persen, produk elektronik 8 persen, kopi 25,6 persen dan ikan, serta produk ikan 14,8 persen. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: