Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Devisa Ikan Kerapu Bali Anjlok 22,09 Persen

Warta Ekonomi -

WE Online, Denpasar - Bali meraup devisa sebesar 3,97 juta dolar AS dari ekspor ikan kerapu selama lima bulan pertama 2014. Meski demikian, devisa tersebut merosot 22,09 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,10 juta dolar AS.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Senin (25/8/2014), mencatat realisasi perdagangan luar negeri ikan kerapu untuk volume berkurang 4,45 persen dalam kurun waktu yang sama. Bali mengapalkan 526,79 ton ikan kerapu selama lima bulan pertama 2013 atau berkurang menjadi 503,29 ton pada kurun waktu yang sama 2014.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Panasunan Siregar menjelaskan pasaran Jepang menyerap 37,17 persen dari total ekspor ikan kerapu serta hasil perikanan dan kelautan dari Pulau Dewata. Sisanya diserap pasaran Amerika Serikat sebesar 16,28 persen menyusul Singapura 1,68 persen, Prancis 0,92 persen, Australia 4,77 persen, Italia 0,97 persen, Inggris 0,79 persen, Spanyol 1,04 persen, Hong Kong 5,26 persen, dan Jerman 0,73 persen.

"Sisanya sebanyak 30,40 persen diserap oleh berbagai negara lainnya karena ikan kerapu hasil tangkapan nelayan Bali mampu bersaing di pasaran ekspor," ujar Panasunan Siregar.

Ikan kerapu mampu memberikan kontribusi sebesar 1,85 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 215,04 juta dolar AS atau turun 0,87 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 216,92 juta dolar AS. Bali menjadi pionir produsen kerapu dan benih bandeng di Indonesia berkat dukungan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya laut yang ada di Gondol, Kabupaten Buleleng, Bali utara.

Masyarakat pesisir dan nelayan di sepanjang pantai utara Bali, khususnya di Kecamatan Grokgak mampu mengadopsi rekayasa teknologi pembenihan kerapu dan bandeng atau yang lebih dikenal dengan hatchery skala rumah tangga (HSRT). HSRT berkembang di sepanjang pantai mencapai 2.000 unit memproduksi benih kerapu dari telor sampai menjadi benih ukuran lima hingga tujuh sentimeter.

Nelayan untuk membesarkan bibit hingga mencapai ukuran tersebut membutuhkan waktu selama 25 bulan dan selanjutnya benih tersebut dibesarkan dalam keramba jaring apung (KJA) selama delapan bulan hingga siap dipanen untuk ekspor. Benih kerapu yang dihasilkan Bali, selain untuk memenuhi pengembangan daerah setempat juga sebagai matadagangan antarpulau, termasuk memenuhi kebutuhan bibit di Sumatera dan Sulawesi.

Secara ekonomis pembenihan kerapu sangat menguntungkan, namun memerlukan keterampilan dan ketekunan dalam pemeliharaan benih ikan yang bernilai ekonomis tinggi itu. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: