Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BCA: Pendalaman Pasar Keuangan Bisa Bahayakan Stabilitas Keuangan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengingatkan bahwa upaya pendalaman pasar keuangan (financial deepening) yang tengah digalakkan oleh pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia bisa membahayakan stabilitas keuangan jika tidak dikelola dengan baik.

"Kalau penanganan financial deepening tidak berjalan baik dan sehat maka sektor ekonomi sebuah negara akan rusak," ujar Jahja dalam sebuah seminar di Jakarta, Jumat (29/8/2014).

Ia menuturkan otoritas perlu menjaga agar pendalaman pasar keuangan tidak sampai melebihi kebutuhan pasar atau melebihi kemampuan fundamental ekonomi. Untuk mengurangi pelemahan sejumlah indikator makroekonomi yang dipicu oleh dangkalnya pasar keuangan domestik, otoritas memang diharapkan dapat meningkatkan variasi instrumen investasi.

Selama ini, lanjut Jahja, upaya pendalaman pasar keuangan sudah cukup masif dilakukan Bank Indonesia melalui perannya sebagai otoritas moneter. Salah satu upaya tersebut, yakni peningkatan financial deepening yang dilakukan melalui kebijakan otoritas moneter antara lain, penerbitan instrumen baru dan jangka waktu yang variatif.

"Seperti adanya mini master repurchase agreement (Mini MRA) yang per Februari 2014 sudah dilakukan oleh 46 bank," kata Jahja.

Selain itu, pendalaman pasar keuangan melalui kebijakan otoritas moneter juga dilakukan dengan membentuk komite pasar valuta asing Indonesia, inisiasi penerapan branchless banking, dan inisiasi pembentukan biro informasi kredit (PT Pemeringkat Efek Indonesia/Pefindo).

Jahja mengingatkan jika OJK tidak mampu untuk menerbitkan instrumen baru dalam upaya pendalaman pasar keuangan sebaiknya otoritas mengoptimalkan atau mengembangkan instrumen yang ada.

"Peningkatan financial deepening yang sudah dilakukan otoritas moneter bisa dikembangkan lagi," ujar Jahja.

Ia mencontohkan pasar keuangan yang terlalu dalam pernah terjadi di Amerika Serikat sehingga pada akhirnya memicu terjadinya krisis subprime mortgage pada 2008.

"Kejadian itu karena kurangnya perhatian terhadap risiko yang muncul. Saat itu bank yang menjual jaminan tidak mampu meng-cover kredit," kata Jahja. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: