Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Bertahan United Tractors

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- Masa-masa manis dialami puncaknya pada 2011 lalu. Penjualan alat berat United Tractors melejit. Namun, paska itu terpukul karena penurunan harga batubara. Bagaimana strategi mereka bertahan dalam tekanan tersebut?

PT Astra Internasional dan anak perusahaannya pun telah memetik buah manis sepanjang tahun 2013. Laba bersih tahun 2013 yang mencapai Rp19,4 triliun dari total pendapatan bersih perusahaan ini per Desember tahun 2013 yang sebesar Rp 193,9 triliun.

“Perseroan mencatat kinerja yang memuaskan di tahun 2013, meski beberapa divisi bisnis mengalami kondisi yang cukup menantang. Prospek bisnis di tahun 2014 diperkirakan tetap  baik, walaupun kompetisi di pasar penjualan mobil masih akan tinggi dan harga batubara masih melemah. Sementara itu, kenaikan suku bunga pinjaman dan volatilitas nilai tukar rupiah harus diwaspadai,” ungkap Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto dalam rilisnya.

Dari 6 divisi yang masuk dalam naungan Astra International, divisi alat berat yang masih berlanjut mengalami tekanan. Dari 6 lini bisnis fokus garapan Group Astra, yaitu Divisi Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik, serta Teknologi Informasi, Divisi Alat Berat yang belum melewati masa-masa yang kurang mengenakkan. Laba bersih Divisi Otomotif naik sebesar 4% menjadi Rp9,8 triliun. Jasa Keuangan mengalami kenaikan 15% menjadi Rp4,3 triliun. Berbeda dengan Divisi Alat Berat dan Pertambangan dimana laba divisi tersebut turun 34% menjadi Rp3,81 triliun.

Turunnya laba pada lini tersebut diakibatkan oleh penjualan batubara selama tahun 2013 yang turun sebesar 26% dari volume penjualan batubara tahun lalu sebesar 5,63 juta ton. Akibat penurunan rata-rata harga jual batubara, pertambangan dan alat berat hanya memberikan kontribusi sebesar 7% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian. Sedangkan, segmen usaha mesin konstruksi turun 29% menjadi Rp15,64 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 31% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.

Berkurangnya permintaan alat berat khususnya di sektor pertambangan dan perkebunan akibat penurunan aktivitas di sektor terkait berdampak pada total penjualan alat berat Komatsu sepanjang tahun 2013 turun sebesar 32%, dari 6.202 unit pada tahun 2012 menjadi 4.203 unit.

Dari total penjualan alat berat Komatsu, sebanyak 43% diserap sektor pertambangan, 26% diserap sektor perkebunan, 23% diserap sektor konstruksi, dan sisanya sebesar 8% diserap sektor kehutanan. Di tengah persaingan yang semakin ketat, Komatsu mempertahankan posisi sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar sebesar 41%, berdasarkan riset pasar internal.

 

Pertambangan & Alat Berat Kian Menantang

Meskipun tahun lalu belum bisa menikmati “manisnya” bisnis di sektor pertambangan dan alat berat, tapi tidak menyurutkan Grup Astra. Di bawah bendera PT United Tractors (UT) Tbk, akan tetap menjaga eksistensinya sebagai pemegang dominan alat berat.

Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk, Sara K. Loebis mengakui kalau demand (permintaan) tambang sedang turun dan aktivitas produksinya juga sedang dalam posisi slow down karena faktor harga yang kurang menguntungkan. “Tambang paling terasa karena faktor harga yang memang sedang tidak bagus,” kata Sara di Juli lalu.

Menurut Sara, sementara harga batubara masih tertekan, maka unit usaha pertambangan dalam grup UT menjalankan produksinya pada kapasitas terbatas guna mempertahakan efisiensi biaya. Kapasitas ini dapat ditingkatkan bilamana perlu sesuai perkembangan harga batubara.

“Nah yang bagus pada tahun 2011 sampai mencapai 17 ribu dan itu tertinggi. Waktu itu harga batubara sedang bagus sehingga berdampak pula pada pencapaian pendapatan kami di sektor pertambangan,” kata Sara. Bisnis penjualan alat berat mengalami nasib serupa. Anak usaha Grup Astra ini hanya mampu menjual 324 unit alat berat merek Komatsu. Jumlah tersebut lebih kecil atau turun 11,48% dibandingkan tahun 2013 yang penjualannya mencapai 366 unit.

Perusahaan juga memperkirakan penjualan sepanjang tahun 2014 ini tidak akan sebagus tahun 2013. Menurut riset pasar internal perusahaan, perkiraannya pasar alat berat di Indonesia turun dari 2.959 unit pada 2013 menjadi 2864 unit pada tahun 2014. Penyebabnya  terutama karena berkurangnya permintaan dari sektor pertambangan dan perkebunan.

Tekanan di United Tractor turut memberikan dampak ke unit usahanya PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Direktur PT PAMA, Frans Kesuma yang disampaikan melalui Public Relation PT PAMA Ridwan Pohan mengatakan menurunnya laba di sektor pertambangan akibat harga batubara yang rendah dan perusahaan telah sepakat untuk melakukan efesiensi dalam produksinya. Menurutnya, pihaknya masih menahan produksi agar lebih efesien mengingat pasarnya sedang tidak bagus, yaitu dengan membatasi produksi sebagai langkah untuk menghemat biaya produksi. “Harga batu bara sekarang sedang drop jadi kami harus melakukan efesiensi tapi kami berharap dan optimistis mudah-mudahan ke depan harga batubara membaik,” katanya.

 

Dongkrak Laba, UT Gencar Promosi dan Modifikasi Produk

Meski tantangan dalam sektor pertambangan dan alat berat di tahun ini akan dinamis, tapi UT tetap optimistis bisa menaikkan laba bersih di 2 sektor bisnisnya. Menurut Sara, ada beberapa langkah yang akan dan telah dilakukan perusahaan untuk menaikkan pendapatan pada sektor pertambangan dan alat berat. Diantaranya langkah tersebut adalah banyak melakukan promosi, campaign product dan modifikasi produk baru.

Salah satu modifikasi produk yang telah dilakukan adalah membuat excavator dengan kapasitas 16 ton. Produk ini telah diluncurkan di kota Surabaya, Jawa Timur. Produk besutan UT ini juga mendapat respons yang positif dari pasar. Rencananya perusahaan akan melakukan roadshow tiga bulan ke depan ke sejumlah daerah diantaranya kota Medan dan Makassar. Produk baru dengan kapasitas 16 ton ini belum ada pesaingnya karena rata-rata para pesaing mengambil segmen kelas 20 ton. Nah, masuknya di 16 ton diharapkan bisa lebih diterima pasar. Menurutnya, modifikasi produk ini merupakan langkah untuk bisa kompetitif dengan merek-merek lain sehingga UT bisa menaikkan laba bersih di tahun ini.

“Kita akan terus melakukan berbagai strategi untuk mendongkrak penjualan,” kata Ridwan dengan mimik optimistis. Sejak diluncurkan sampai hingga kini (Juni), produk tersebut sudah terjual 24 unit. Menurut penjelasannya, produk excavator 16 ton lebih handal dan hemat 5% dibandingkan yang kapasitas 20 ton. “Rasio efektivitasnya 20% dan cocok untuk pekerjaan konstruksi seperti jalan, jembatan, bendungan,” katanya. Belum lama ini pula, UT menawarkan alat berat bekas dengan berbagai jenis yaitu excavator, motor grader, wheel loader, bulldozer, dump truck, dan truk.

Kata Sara, tahun 2014  perusahaan  mentargetkan  untuk unit usaha pertambangan adalah sekitar 6 juta ton (naik dari tahun lalu yaitu 4,2 juta ton), sedangkan untuk penjualan alat berat diharapkan dapat naik sekitar 5-7% dari tahun lalu dimana penjualan 2013 adalah 4200 unit. “Untuk unit usaha kontraktor penambangan (PAMA), target produksi kurang lebih sama seperti tahun lalu, yaitu sekitar 100 juta ton,” kata Sara.

Namun, udara segar sementara ini dapat dihirup UT. Pasalnya, pada kuartal I tahun 2014, UT berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp13,90 triliun. Nilai tersebut naik sebesar 12% dari periode yang sama tahun 2013 silam, dimana perusahaan hanya membukukan pendapatan bersih sebesar Rp12,45 triliun. Sejalan pertumbuhan pendapatan tersebut, perusahaan juga mencatatkan pembukuan laba bersih naik 40% dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,58 triliun.  

Selain itu, perusahaan juga sukses meningkatkan penjualan suku cadang dan pemeliharaan alat berat. Penjualan tersebut naik 15% menjadi Rp1,41 triliun.

 

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Nomor 14 Tahun 2014

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Arif Hatta

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: