Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BRI Lakukan Efisiensi Biaya untuk Jaga NIM

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) melakukan efisiensi biaya sebagai langkah strategis untuk menjaga margin bunga bersih (net interest margin/NIM) di tengah ketatnya likuiditas saat ini.

"Dengan kondisi seperti ini (ketatnya likuiditas), tentu NIM akan mengalami penurunan. Tapi, tentu kami akan lakukan efisiensi. Kami mencoba mengefektifkan beberapa kegiatan sehingga kalau terjadi penurunan margin tidak sebesar yang dibayangkan," kata Direktur UMKM BRI Djarot Kusmayakti di sela penandatanganan nota kesepahaman dengan PT Rajawali Nusa Indonesia (RNI) di Jakarta, Rabu (10/9/2014).

Djarot menuturkan bahwa dengan sejumlah upaya untuk mengantisipasi dampak tekanan likuiditas, hingga paruh tahun 2014, pihaknya masih mampu menjaga margin bunga bersih tetap stabil.

"Dengan kata lain, langkah efisiensi yang kita coba ambil masih mampu menahan tekanan likuiditas," ujar Djarot.

Margin bunga bersih atau NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga yang dihasilkan oleh bank dengan nilai bunga yang harus dibayarkan kepada pemilik dana pihak ketiga (misalnya deposito) terhadap jumlah aset kredit dengan bunga produktif.

Djarot menyebutkan bahwa hingga triwulan II-2014 kredit mikro BRI tercatat tumbuh 18,1 persen (yoy) atau meningkat dari Rp 122,1 triliun pada triwulan II-2013 menjadi Rp 144,2 triliun. Pertumbuhan kredit mikro BRI tersebut bahkan melebihi pertumbuhan total kredit BRI yang tercatat 17,19 persen. Sementara itu, NIM BRI pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 8,93 persen atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,08 persen.

Ia mengatakan upaya efisiensi memang dilakukan pihaknya untuk tidak membebani nasabah, khususnya nasabah mikro dengan menaikkan suku bunga pinjaman demi menahan margin bunga bersih perseroan.

"Untuk saat ini belum (ada rencana menaikkan). Selama masih ada upaya lain menahan margin tanpa menaikkan suku bunga pinjaman kita tidak naikkan, utamanya mikro. Salah satunya kami akan lakukan efisiensi biaya pencadangan," kata Djarot.

Menurut Djarot, sektor mikro sangat sensitif dengan adanya kenaikan suku bunga karena biasanya para pelaku mikro tidak siap dengan penambahan biaya (cost), terlebih dengan meningkatnya tarif dasar listrik dan harga elpiji.

"Meskipun itu naiknya kecil, tapi kadang-kadang mereka shock. Ini yang harus kita pertimbangkan. Saya mencoba untuk upaya ekstra betul mengurangi biaya yang tidak terlalu penting," kata Djarot. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: