Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Ikan Tuna Bali Turun

Warta Ekonomi -

WE Online, Denpasar - Ikan tuna dalam bentuk segar dan beku tetap menjadi andalan ekpor hasil perikanan dan kelautan dari Bali yang mampu mengantongi devisa sebesar 41,20 juta dolar AS selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2014.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Senin (15/9/2014), mencatat realisasi ekspor ikan tuna itu menurun 1,29 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 41,74 juta dolar AS. Namun, dari segi volume pengapalan mata dagangan bernilai ekonomis tinggi itu meningkat 66,77 persen dari 7.774,72 ton pada tujuh bulan pertama 2013 menjadi 12.965,70 ton pada kurun waktu yang sama 2014.

Ekspor ikan tuna itu mampu memberikan kontribusi sebesar 13,69 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 300,95 juta dolar AS atau meningkat 4,16 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 288,93 juta dolar AS. Ikan tuna menghasilkan devisa terbesar di antara sembilan jenis mata dagangan hasil perikanan dan kelautan di Bali yang seluruhnya menghasilkan 61,14 juta dolar AS atau 20,32 persen dari total ekspor Bali.

Dari sembilan komoditas hasil perikanan dan kelautan yang menembus pasaran luar negeri yang paling menonjol adalah ikan tuna menyusul hasil pengapalan ikan lain-lain 8,20 juta dolar AS. Selain itu, ikan hias hidup memberikan andil sebesar 1,81 juta dolar AS, ikan kakap 2,17 juta dolar, ikan kepiting 70.627 dolar, ikan kerapu 6,20 juta dolar, lobster 1,47 juta dolar, dan sirip ikan hiu 554 dolar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar menjelaskan pasaran Jepang menyerap paling banyak hasil perikanan dan kelautan asal Bali itu, yakni mencapai 25,69 persen, menyusul pasar Thailand 22 persen, dan Amerika Serikat 19,43 persen.

Selain itu, diserap pasaran Australia 5,17 persen, Singapura 0,94 persen, Hong Kong 3,45 persen, Belanda 0,82 persen, Jerman 0,93 persen, Inggris 0,52 persen, dan Italia 0,45 persen, serta 16,02 persen sisanya diserap negara lainnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: