Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BMKG: Cuaca Sumsel dalam Kondisi Ekstrem

Warta Ekonomi -

WE Online, Palembang - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumatera Selatan menyatakan kondisi cuaca di wilayah provinsi setempat pada puncak musim kemarau September 2014 ini berada dalam kondisi ekstrem.

"Cuaca atau iklim di wilayah provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa ini dalam kondisi ekstrem, terutama dalam sepekan terakhir," kata Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama di Palembang, Kamis (18/9/2014).

Dia menjelaskan kondisi cuaca di Sumsel dalam kondisi ekstrem karena saat ini suhu udara mencapai 35 derajat celsius dengan nilai kelembapan udara kurang dari 45 persen, terutama pada siang hingga sore hari antara pukul 12.00 dan 16.00 WIB. Memasuki puncak musim kemarau ini suhu udara cenderung panas dan curah hujan sangat sedikit di bawah 100 milimeter.

Dalam kondisi cuaca ekstrem tersebut beberapa hal yang perlu diwaspadai ialah terjadinya peningkatan jumlah titik panas (hotspot) yang berpotensi untuk mengakibatkan terbakarnya hutan, lahan pertanian, dan perkebunan.

Berdasarkan pemantauan melalui satelit Terra dan Aqua, sedikitnya terdeteksi delapan titik panas tersebar di empat kabupaten tersebut, yakni di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak lima titik dan masing-masing satu titik panas di Kabupaten Musi Banyuasin, Muara Enim, dan Ogan Komering Ulu (OKU) Timur.

"Jumlah titik panas tersebut mungkin bisa lebih banyak lagi dan terdapat di daerah lain. Namun, karena pengambilan gambar citra satelit terhalang oleh kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan yang kini kondisinya cukup pekat maka yang bisa terpantau satelit hanya delapan titik di empat kabupaten tersebut," katanya.

Masyarakat yang berada di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan itu diimbau agar meningkatkan kewaspadaan dengan mengintensifkan pengawasan lahan pertanian dan perkebunan serta kawasan hutan yang ada di sekitar permukimannya sehingga bisa dicegah terjadinya kebakaran hebat yang dapat menimbulkan kerugian besar dan berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

"Selain itu, ancaman kebakaran hutan dan lahan perlu diwaspadai sehingga tidak menimbulkan masalah kabut asap yang dapat mengganggu aktivitas penerbangan, pelayaran, dan kegiatan masyarakat lainnya yang mulai terjadi pada musim kemarau tahun ini," ujar Indra.

Sementara itu, Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Sumatera Selatan MS Sumarwan mengatakan bahwa memasuki puncak musim kemarau bulan ini sekitar 800 sukarelawan diturunkan untuk membantu memadamkan kebakaran hutan dan lahan serta mengatasi bencana kabut asap guna menghindari timbulnya berbagai permasalahan sosial.

"Melalui berbagai tindakan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Sumsel sepanjang September ini, sementara ini dapat dicegah timbulnya permasalahan sosial yang serius," kata Sumarwan. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: