Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Perbaiki Fundamental Ekonomi Kurangi Dampak 'Fed Rate'

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Ekonom Denni Puspa Purbasari mengatakan pemerintah harus segera memperbaiki fundamental dan mereformasi struktural ekonomi agar pelaku pasar tidak melarikan modalnya karena tergiur kenaikan suku bunga Bank Sentral AS The Fed.

"Tidak semua emerging economies yang tertarik modalnya, namun (negara) yang perform-nya paling buruk, misalnya di kawasan. Maka itu, perlu meningkatkan kesehatan ekonomi kita," kata Denni yang juga dosen di Universitas Gadjah Mada, Jakarta, Senin (22/9/2014).

Denni mengatakan pembalikan arus modal dari negara berkembang ke AS karena kenaikkan suku bunga The Fed yang sebelumnya berkisar 0,25 pesen memang sulit terbantahkan. Namun, investor yang telah menanamkan modalnya pada negara berkembang tentu memiliki ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dan sikap regulator dalam mengantisipasi keadaan global.

"Di kawasan ada Filipina. Indonesia bisa saja menjadi yang paling ditinggal oleh investor jika tidak segera memperbaiki. Investor masih wait and see, bagaimana struktural ekonomi diperbaiki di sini," ujar dia.

Salah satu cara untuk mereformasi struktural ekonomi itu, kata Denni, adalah dengan menyehatkan instrumen fiskal dan mengurangi defisit pada neraca transaksi berjalan. Untuk itu, kata Denni, pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) adalah hal yang mendesak dilakukan secepatnya.

Nilai subsidi BBM yang termasuk dalam pagu subsidi energi dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada beberapa tahun terakhir telah meyempitkan ruang fiskal pemerintah. Pada APBN-P 2014 subsidi BBM saja dialokasikan hampir mencapai Rp 250 triliun.

"Untuk pengurangan subsidi itu, harus dipikirkan skema ukuran, cara, dan program kompensasinya," kata dia.

Jika pemerintah terlambat merespons eskpetasi pasar, kata Denni, bukan tidak mungkin pembalikan arus investasi akan besar.

"Jangan sampai dihukum pasar," ujarnya.

Otoritas moneter Bank Indonesia, kata Denni, juga harus terus mengawasi pasar modal dan pasar keuangan mengingat sentimen akibat kebijakan The Fed terus berdatangan.

"Sekarang BI terus berupaya mengendalikan nilai tukar, namun nilai tukar yang fluktuasinya masih rendah. Jangan sampai membuat pemerintah terlena. Kebijakan pengurangan BBM perlu secepatnya," ujar dia.

Denni menyimpulkan pemerintah dan BI perlu mengimplementasikan kebijakan makroekonomi yang tetap hati-hati (prudent), namun tetap reformis dalam struktur ekonomi.

"Mau keadaan ekonomi di luar itu jumpalitan, tapi jika fundamental ekonomi kita sehat, investor akan tetap percaya," kata dia. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: