Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bankir: Bank-bank Harus Kompak dan Buat Tabungan Nasional

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Ketatnya kondisi likuiditas perbankan di dalam negeri membuat perbankan berlomba-lomba untuk mencari dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat sebanyak-banyaknya. Bahkan, beberapa bank ada yang nekat memberikan bunga deposito tinggi sampai 11%.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (Mandiri) Budi G Sadikin mengatakan penyebab utama ketatnya likuiditas karena banyak perusahaan yang menyimpan tabungannya di Singapura.

"Pertama, likuiditas kita ketat karena banyak uang dari individu dan perusahaan Indonesia yang tidak ada di sistem perbankan Indonesia, tapi ada di sistem perbankan Singapura," katanya di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kompleks perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Senin (22/9/2014).

Budi mengusulkan bahwa untuk mengantisipasi ketatnya likuiditas di perbankan, perlu dibuat tabungan nasional agar semua masyarakat masuk dalam sistem perbankan. Ini bisa mendorong banyaknya dana masyarakat masuk ke perbankan.

"Masih banyak orang Indonesia yang belum masuk sistem perbankan. Perlu bikin program Tabanas (tabungan pembangunan nasional) kayak (era) Pak Harto. Inclusion agar orang-orang masuk ke sistem perbankan sehingga bisa dipakai. Ketiga, capital market harus lebih dikembangkan supaya pinjaman tak hanya dari bank saja," papar Budi.

Menurutnya, perbankan nasional perlu mendukung kebijakan OJK untuk bisa menurunkan suku bunga deposito. Ini agar tidak terjadi persaingan perang suku bunga deposito.

Pada Senin kemarin (22/9/2014) OJK memanggil 19 bank terkait adanya perang suku bunga deposito perbankan. OJK meminta kepada perbankan untuk menurunkan suku bunga tersebut karena dianggap terlalu tinggi dan tidak sehat bila sudah melampaui suku bunga jaminan dari Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo meminta bank-bank harus kompak dalam memberikan suku bunga kepada nasabah.

"Menurut OJK, itu sudah ketinggian. Kalau bisa kompak, jangan beri lebih. Tetangga juga jangan beri (bunga) tinggi," pungkasnya di tempat yang sama.

Menurut Gatot, saat ini masih banyak nasabah yang meminta bunga tinggi. Apalagi, nasabah kaya dengan simpanan antara Rp 2 miliar sampai Rp 50 miliar. Para nasabah ini yang biasanya bisa membuat bank akhirnya memberi bunga tinggi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: