Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bankir Belum Khawatir 'Shadow Banking' di Indonesia

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Direktur Finansial dan Strategis Bank Mandiri Pahala Mansury mengatakan belum begitu khawatir dengan peringatan global tentang potensi kegiatan "shadow banking" atau bank-bank gelap di Indonesia.

Pahala, di Jakarta, Jumat (3/10/2014), meyakini Otoritas Jasa Keuangan akan bergerak cepat untuk mengantisipasi keberadaan institusi "shadow banks" dan risikonya yang dapat berdampak sistemik seperti laporan Dana Moneter Internasional (IMF).

"OJK selama ini telah mengatur secara ketat, saya liat belum ada yang mengkhawatirkan dari ini," ujar dia.

Otoritas moneter dan pemerintah, menurut Pahala, akan mengantisipasi gejala di sistem keuangan yang dapat menyebabkan perputaran uang di masyarakat tidak sesuai dengan arahan otoritas dan pemerintah.

Dalam laporan Kantor Berita Xinhua yang mengutip laporan IMF, Kamis (2/10) lalu, "Shadow banks" beraksi mirip seperti bank pada umumnya, yakni mengambil uang dari investor dan meminjamkannya kepada peminjam.

Namun, kegiatan itu tidak diatur oleh peraturan atau pengawasan, seperti bank pada umumnya. "shadow banks" itu juga dapat berbentuk institusi di pasar keuangan.

Menurut Pahala, keberadaan "shadow banks" ini akan mempercepat perputaran uang, dan akhirnya berpengaruh pada laju inflasi.

Dari sisi perbankan, keberadaan "shadow banks", kata Pahala, juga akan berdampak negatif pada perlindungan konsumen, Sebuah bank pada umumnya menjalankan fungsinya, dan menjadi bagian dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sedangkan untuk "shadow banks", karena beroperasi secara gelap, maka tidak memenuhi ketentuan seperti yang diatur otoritas dan regulator.

"Jadi mungkin kami melihat isunya ini ke masalah perlindungan konsumen," katanya.

Sebelumnya, IMF mendesak negara-negara untuk memasukkan pengawasan aktivitas "shadow banking" sebagai bagian dari kebijakan mereka yang dirancang untuk menjaga sistem keuangan secara keseluruhan aman.

"'Shadow banking' merupakan sebuah anugerah dan kutukan bagi negara-negara, dan untuk menuai manfaatnya, pembuat kebijakan harus meminimalkan risiko ditimbulkannya terhadap sistem keuangan secara keseluruhan," kata IMF dalam Laporan Stabilitas Keuangan Global terbarunya.

Sebagai salah satu kontributor utama terhadap gejolak keuangan pada enam tahun yang lalu, "shadow banking" menyumbang setidaknya sepertiga dari total risiko-risiko sistemik mirip dengan bank-bank di Amerika Serikat sekarang.

Di pasar negara berkembang, misalnya, bisnis "shadow banking" telah mencapai sekitar tujuh triliun dolar AS dan pertumbuhannya melampaui sistem perbankan tradisional, kata laporan itu. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: