Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Perkuat Modal Industri Perbankan untuk Hadapi Bank Asing

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Lana Soelistyaningsih menilai penguatan modal perlu dilakukan industri perbankan Indonesia untuk bersaing dengan bank-bank asing.

"Penyaluran kredit Singapura saat ini sudah mencapai 120 persen terhadap PDB. Mereka (industri perbankannya) sudah mengalami titik jenuh. Saya khawatir Indonesia dapat dijadikan pasar bagi bank asing yang struktur permodalannya jauh lebih kuat dan besar jika tidak ada penguatan permodalan," ujar Lana di Jakarta, Senin (6/10/2014).

Salah satu lembaga internasional, McKinsey Global Institute, menyatakan Indonesia akan menjadi negara perekonomian ketujuh terbesar dunia pada 2030. Kelas menengah (consuming class) meningkat drastis dari 45 juta orang menjadi 135 juta orang.

Selain itu, terjadi peningkatan kontribusi populasi yang tinggal di perkotaan dari 53 persen penduduk perkotaan menyumbang 74 persen PDB menjadi 71 persen penduduk perkotaan menyumbang 86 persen PDB. Kebutuhan tenaga pekerja terampil juga diproyeksikan meningkat dari 55 juta orang menjadi 113 juta orang.

"Konsolidasi membuat perbankan menjadi lebih kuat dari sisi permodalan dan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit juga meningkat," kata Lana.

Menurut Lana, bank BUMN ke depannya tak hanya berhadapan dengan bank-bank domestik, tapi juga dengan bank-bank asing. Tantangan ini harus disikapi dengan upaya konsolidasi yang harus dilakukan oleh bank-bank BUMN.

"Dengan merger, bank Malaysia asetnya sudah mencapai 50 miliar dolar AS. Nah, perbankan kita belum mengarah ke sana. Ini yang harus didorong," ujar Lana.

Lana menambahkan guna mewujudkan industri perbankan nasional dengan permodalan yang kuat dan berskala global dibutuhkan kemauan kuat dari pemerintah sebagai pemegang saham bank-bank BUMN mengingat hal tersebut merupakan kebutuhan menghadapi liberalisasi perbankan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2020.

"Persoalannya harus ada keinginan kuat dari pemerintah. Kalau ada penolakan, itu hal yang lazim," kata Lana.

Lana optimis perekonomian nasional akan meningkat jika konsolidasi dilakukan. Dengan dilakukan konsolidasi perbankan, baik berupa merger atau pun akuisisi, maka akan tercipta efisiensi bank di segala bidang. Ia mengatakan tantangan perbankan nasional yang paling dekat saat ini adalah implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan konsolidasi, Indonesia dapat memiliki bank besar dan tidak hanya menjadi pasar bank-bank asing. Menurutnya, periode konsolidasi perbankan membutuhkan waktu yang cukup panjang sehingga harus dimulai sekarang.

"Sederhananya, konsolidasi bank BUMN harus lebih dahulu dimulai kan pemiliknya sama, yakni pemerintah," kata Lana. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: