Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri Pertanian: Periode Swasembada Daging Semakin Dekat

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Di akhir masa jabatan sebagai menteri pertanian, Suswono memiliki kenangan yang mungkin tak terlupakan. Keinginan Indonesia mampu berswasembada daging yang selama ini menjadi cita-citanya sebagai menteri selama lima tahun setidaknya kian mendekat.

"Memang saat ini kita belum mampu menjadi negara swasembada daging. Tapi, setidaknya dengan makin banyaknya peternakan yang ada di sejumlah daerah menunjukkan bahwa upaya dan kerja keras untuk swasembada sudah kian mendekat," kata Suswono saat meninjau Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Sembawa, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (14/10/2014).

Saat berkeliling ke hamparan peternakan sapi brahman di BPTU-HPT seluas 46 hektar, Suswono tampak puas melihat hasil pengembangbiakan jenis sapi itu yang kini menjadi andalan. Di situ bibit sapi brahman berjumlah 211 ekor dan sengaja dilepasliarkan di padang rumput. Sapi brahman memang sedang dikembangkan di BPTU-HPT karena memiliki sejumlah kelebihan.

Sapi brahman adalah sapi asal India yang masuk ke Amerika pada tahun 1849 dan berkembang pesat. Sapi tersebut selanjutnya dikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil sapi tersebut diekspor ke sejumlah negara. Dari Amerika sapi brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia saat zaman kolonial Belanda.

Secara genetis, sapi itu tergolong sapi unggul karena mampu beradaptasi dengan lingkungan dan pakan yang ada di Indonesia sehingga lebih dipilih masyarakat untuk dikembangbiakan. Selain itu, sapi ini memiliki potensi untuk disilangkan guna perbaikan sapi lokal sehingga didapati jenis sapi baru yang memiliki pertumbuhan dan daya adaptasi dengan lingkungan baik.

"Melihat berbagai keunggulan seperti itu maka pemerintah berupaya untuk mengembangkan sapi brahman sehingga bisa mewujudkan suatu swasembada daging," tutur Suswono.

Menurut menteri, sebenarnya upaya pengembangbiakan ternak hewan tidak hanya dilakukan di Sembawa, Palembang, tapi Kementan telah memiliki BPTU-HPT di sejumlah daerah seperti di Indrapuri, Aceh, untuk jenis ternak sapi, BPTU-HPT Siborong-Borong, Sumatera Utara, untuk ternak babi dan kerbau, serta BPTU-HPT Padang Mangatas, Sumatera Barat, untuk ternak sapi eksotik dan sapi pesisir.

Ada juga BPTU-HPT Palaihari, Kalimantan Selatan, dengan jenis ternak kambing, itik, dan sapi madura, BPTU-HPT Denpasar, Bali, dengan jenis ternak sapi bali, serta BPTU-HPT Baturraden, Jawa Tengah, dengan ternak sapi perah dan kambing.

"Adanya BPTU tersebut menunjukkan komitmen Indonesia untuk bisa mengembangkan ternak secara merata sehingga swasembada daging bisa terwujud dalam waktu dekat," ujar Menteri Suswono.

Keberadaan balai pembibitan yang dikelola pemerintah tersebut, kata menteri, diharapkan menjadi ujung tombak dalam penyediaan benih dan bibit ternak. Untuk itu, perubahan nomenklatur balai menjadi BPTU-HPT pada 2013 dapat dimaknai bahwa bibit ternak akan menunjukkan performa keunggulannya dengan didukung pakan yang baik.

Keberadaan BPTU-HPT merupakan upaya pemerintah dalam mengejar populasi ternak mengingat sesuai hasil Sensus Pertanian 2013, populasi ternak sapi potong nasional berjumlah 12,7 juta ekor, sapi perah 444 ribu ekor, dan kerbau 1,1 juta ekor.

Disadari dari populasi sapi dan kerbau yang masih kurang dilihat dari kualitas dan kuantitas maka terus diupayakan meningkatkan populasi ternak di samping perbaikan aspek teknis reproduksi dan kesehatan hewan, pembibitan, dan pakan.

"Konsumsi daging masyarakat yang masih rendah, yaitu 2,2 kilogram per kapita per tahun juga menunjukkan bahwa upaya swasembada pangan perlu mendapat perhatian," ucap Suswono.

Ia mengatakan Kementerian Pertanian akan memiliki tiga kapal khusus untuk pengangkut ternak sapi guna membawa ke sejumlah daerah di Indonesia sehingga memudahkan distribusi dan biaya murah.

"Kementerian Perhubungan sudah menjanjikan akan menyiapkan tiga kapal untuk angkut ternak," tukas Suswono.

Diakui Suswono, selama ini salah satu kendala utama sulit dan mahalnya harga sapi dan daging sapi adalah biaya transportasi menggunakan kapal karena tidak memiliki kapal khusus pengangkut ternak.

"Biaya angkut sapi dari Darwin, Australia, bahkan bisa lebih murah dibanding angkut dari NTB dan NTT," ungkapnya.

Dia mengharapkan bahwa dengan adanya tiga kapal khusus pengangkut ternak tersebut maka distribusi sapi ke daerah seperti ke Jawa dan Sumatera bisa mudah dan murah. Kapal pengangkut ternak, kata Suswono, selama ini memang sangat dibutuhkan mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari lautan sehingga menggunakan kapal bisa lebih murah dan mampu mengangkut sapi lebih banyak dibanding melalui darat.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan kementan Syukur Iwantoro mengatakan tiga kapal tersebut akan segera diterima Kementan dalam waktu dekat.

"Dua kapal akan diterima akhir tahun ini, sementara satu kapal diterima Juni 2015," katanya.

Pasokan sapi ke Jawa terbanyak berasal dari NTB dan NTT. Namun, untuk mengangkut ke Jawa, khususnya Jakarta, memerlukan biaya logistik sangat besar. Akibatnya, sapi dan daging dari daerah tersebut melimpah, tapi tidak bisa disalurkan dengan baik.

Adanya tiga kapal khusus ternak tersebut, kata Syukur, diharapkan akan mampu menekan harga daging sapi di sejumlah daerah khususnya dalam menghadapi sejumlah hari raya. Dengan adanya peningkatan pembibitan di berbagai daerah serta memiliki kapal pengangkut khusus ternak maka upaya swasembada daging diharapkan bisa segera terwujud.

"Tentu harus ada kemauan politik dari pemerintahan mendatang untuk mencapai itu dan saya optimistis bisa terwujud," pungkasnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: