Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pesan Perpisahan SBY dari Lisabon Hingga Kyoto

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - "Di sini Presiden SBY berbicara, saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh delegasi dan rombongan yang menyertai kunjungan tugas internasional".

"Sebagaimana saudara ketahui ini adalah kunjungan saya yang terakhir dalam kapasitas saya sebagai Presiden RI," kata Presiden Yudhoyono sesaat sebelum mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma awal Oktober 2014.

Presiden yang berbicara menggunakan saluran komunikasi internal pesawat Kepresidenan mengatakan kunjungan luar negeri terakhir sebelum akhir masa jabatannya pada 20 Oktober 2014 tersebut ke Portugal, Amerika Serikat dan Jepang itu sesuai dengan tujuannya yaitu meningkatkan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara tersebut dan juga mengokohkan peran Indonesia dalam kerjasama internasional.

Selama 10 tahun terakhir, dalam dua kali periode masa jabatannya sebagai Presiden, Yudhoyono telah mengunjungi sejumlah negara. Salah satu kunjungan pertamanya ke luar negeri, sebulan setelah dilantik sebagai Presiden RI pada 2004 adalah menghadiri KTT APEC di Chile.

Kemudian pada Februari 2005 Presiden mengunjungi Malaysia dan beberapa bulan berikutnya mengunjungi Australia.

Pemilihan kunjungan ke Portugal, kemudian menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kemudian terakhir ke Jepang bukannya tanpa alasan.

"Saya selaku pelaku sejarah yang mengakhiri secara bijak beban sejarah antara Indonesia dan Timor Leste. Saya ingat situasinya tidak mudah," kata Presiden menjawab pertanyaan Antara dalam keterangan pers saat kunjungan kerja ke negara tersebut.

Hubungan antara Indonesia dan Portugal sempat surut terkait masalah Timor Leste, sebelum kemudian dibuka kembali.

"Ketika Presiden Portugal Anabal Calvao Silva datang ke Jakarta, 2012, ini pertanda baik. Makna kunjungan sekaligus menuntaskan beban sejarah masa lalu antara Indonesia dan Portugal. Kita yang awali maka kita juga yang mengakhiri (penyelesaian masalah-red)," kata Kepala Negara.

Presiden mengatakan saat Timor Leste memutuskan untuk berdiri sebagai sebuah negara, terpisah dari Indonesia, sebagai bangsa yang besar maka ia menyarankan pada Presiden RI saat itu untuk menghadiri acara di Dili.

"Sebaiknya kita hadir, berarti kita berjiwa besar dan itu ada baiknya. Memang ada pro dan kontra (di dalam negeri)-red," kata Presiden Yudhoyono.

Indonesia, kata Presiden, telah memutuskan untuk melihat ke depan hubungan dengan Timor Leste. Dikatakannya pada saat itu, diawal-awal akhir konflik dengan Timor Leste, upaya untuk mengusut kejahatan HAM, namun dengan sikap yang ditunjukkan oleh Indonesia maka kemudian terjadi rekonsiliasi dan akhirnya kerja sama kedua negara saat ini baik.

"Kemarin di Bali bertemu dengan Xanana. Secara berseloroh saya mengatakan dulu kami berhadap-hadapan saat perang. Dan kemudian Xanana menjawab, kini menjadi salah satu sahabat terbaik kami di dunia," tutur Presiden.

Kepala Negara mengatakan kerja sama antara Indonesia dan Portugal melengkapi juga kerja sama antara Indonesia dengan Australia untuk membantu Timor Leste.

"Ini salah satu cara yang terbaik yang kita lakukan," kata Presiden.

Pengukuhan eksistensi Penghargaan atas posisi Indonesia dan juga upaya yang dilakukan Presiden Yudhoyono untuk meningkatkan peran internasional Indonesia juga tercermin dalam kunjungan terakhir ini.

Di Lisabon, ibukota Portugal, Presiden menerima kunci emas kota tersebut, yang merupakan pengakuan menjadi sahabat sekaligus warga kehormatan kota yang konon, kota tertua kedua setelah Athena itu.

"Saya berharap ke depan (Presiden Yudhoyono-red) bisa mempromosikan budaya dan kerja sama kedua kota," kata Walikota Lisabon Antonio Costa saat menerima Presiden Yudhoyono dalam sebuah acara yang berlangsung di Balai Kota Lisabon, Jumat sore waktu setempat, atau Jumat malam waktu Jakarta.

Wali Kota Costa mengaku sangat bangga Lisabon menjadi salah satu kota yang dikunjungi pada akhir masa jabatan Kepresidenan Presiden Yudhoyono.

Sementara itu Presiden Yudhoyono dalam sambutannya mengatakan Lisabon merupakan salah satu kota penting tempat asal penjelahan dunia berasal.

"Lisabon menjadi kota yang penting. Lisabon menjadi kota penting dari ekspedisi. Pionir kontak antara Eropa dan Asia," kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan hubungan antara Portugal dan Indonesia --yang sudah sangat lama-- bisa dilihat antara lain dari musik Keroncong Tugu, yang juga dipengaruhi oleh Fado, jenis musik rakyat Portugis, demikian pula beberapa budaya di Aceh --yang dipengaruhi oleh penjelajah dari negeri itu.

"Ini menjadi alasan kuat meningkatkan hubungan 'people to people'. Dan (peningkatan hubungan-red) ini adalah topik dari diskusi dengan Presiden dan Perdana Menteri hari ini," kata Kepala Negara.

Presiden Yudhoyono sangat menghargai pemberian kunci emas Kota Lisabon dan menganggapnya sebagai lambang pembuka kunci peningkatan kerja sama dan kesempatan antara kedua pihak untuk lebih mengembangkan keterhubungan.

"Saya menerima Golden Key of Lisbon sebagai simbol untuk membuka kerja sama antara kedua negara dan kota," kata Presiden.

Saat hendak meninggalkan Balai Kota Lisabon, Presiden dan rombongan menyaksikan penampilan musik Fado --yang dibawakan oleh Teresa Tappadas, yang membawakan dua buah lagu dalam bahasa Portugis.

Presiden Yudhoyono juga menerima hadiah lukisan karya anak-anak Sekolah Dasar di Lisabon yang menggambarkan persahabatan antara Portugal dan Indonesia.

Menyematkan Semangat Pluralisme Sementara saat mengunjungi Amerika Serikat, Presiden Yudhoyono tidak hanya menghadiri Sidang Umum PBB namun juga diundang untuk berbicara dihadapan kadet Akademi Militer Amerika Serikat, West Point.

Dalam kesempatan itu, selain memberikan pandangan mengenai perkembangan pertahanan terkini dari sudut pandang Indonesia, juga menyematkan identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pluralis.

"Sebelum saya menyampaikan pidato, beberapa waktu yang lalu saya baru saja dengan empat kadet senior dari Akademi Militer Indonesia. Mereka meminta saya untuk menyampaikan pesan dan harapan mereka (kepada rekan di AS)," kata Presiden dalam sesi kuliah umum di Auditorium Robinson, Thayer Hall, West Point.

Dan pesan para kadet tersebut, kata Presiden Yudhoyono, menyampaikan salam kepada para kadet dan instruktur di West Point. Mereka siap untuk membangun persahabatan dengan kadet dari negara lain.

"Kami juga memiliki keinginan yang kuat untuk membangun hubungan yang harmonis antar peradaban dan agama, sehingga dunia yang kita tinggali bersama semakin aman dan damai," kata Presiden mengutip pesan para kadet Akademi Militer Magelang tersebut.

Presiden melanjutkan,"pesan itu datang dari kadet yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Kadet sersan mayor Angger Panduyuda dan Kodrat Adiaji, keduanya muslim.

Kemudian kadet Robert Willem seorang kristen, Kadet Protasius Widianto, seorang katholik dan kadet I Gede Bagus seorang hindu. Dan seperti kalian semua, semua kadet itu mencintai negerinya." Kepala negara mengatakan Indonesia merupakan negara demokrasi ketiga terbesar setelah India dan Amerika Serikat.

"Indonesia terletak hampir setengah putaran dunia dari sini. Kami merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, dari Timur ke Barat bentangannya sama antara jarak dari New York ke San Fransisco dengan tiga zona waktu," papar Yudhoyono.

Presiden mencontohkan bahwa sebagai negara terbesar ketiga di bidang demokrasi, pada Juli lalu lebih dari 130 juta orang memberikan suaranya pada pemilihan presiden.

"Kami juga merupakan kekuatan baru ekonomi dan menjadi anggota G-20 sama seperti Amerika Serikat," tegasnya.

Semangat internasionalisme yang didorong dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menghasilkan penguatan posisi Indonesia dalam sejumlah posisi internasional maupun kawasan. Selain menjadi salah satu pemain utama di ASEAN, APEC dan G20, Indonesia juga kerap diminta menjadi salah satu negara yang berperan dalam pasukan perdamaian PBB.

"Kita harus mendorong batas-batas nasional menjadi 'new globalism' dimana kita bisa memberikan solusi atas permasalahan nasional, regional dan global pada saat yang sama. Globalisme baru memiliki pandangan bahwa tidak ada negara yang ditinggalkan atau tidak ada satu negara pun yang mendominasi," kata Presiden saat menyampaikan pidatonya di depan sidang umum PBB.

Presiden mengatakan di dalam pandangan itu, antara kewajiban dan hak berjalan dengan beriringan sehingga peperangan tidak lagi terpikirkan.

"Sekarang waktunya untuk kita semua lebih serius membangun sebuah dunia baru yang berdasarkan kedamaian, kesejahteraan dan keadilan. Sebuah usaha yang menempatkan semua pihak menjadi pemenang," kata Presiden.

Dipaparkan kepala negara,"hal itu bisa kita lakukan dengan menciptakan upaya inklusive "The New Me". Konsep itu tidak meninggalkan siapapun menjadi pihak yang kalah." Presiden mengatakan semua pihak harus bersama-sama ikut serta secara aktif dalam inisiatif ini. Inisiatif yang tidak memandang sebelah mata siapapun aktor yang ada dan menghormatinya dalam posisi yang sama.

"Saya percaya kemanusiaan dapat menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, mengentaskan kemiskinan, perjuangan melawan ketidakadilan, mendorong pemulihan ekonomi , menciptakan kerukanan antar umat beragama," tegasnya.

Pada bagian lain pidatonya Presiden juga menyinggung tentang bagaimana kerja sama dan saling memahami bisa membuat Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang stabil padahal dalam beberapa dekade lalu sejumlah negara di kawasan itu terlibat peperangan seperti Vietnam, Kamboja dan beberapa negara lainnya.

Dengan kemauan yang keras, kata Presiden, sesuatu hal yang dingin dicapai tentu dapat dicapai.

"Saat mengatakan ini saya bukanlah seorang utopis atau tidak mengetahui sisi politik internasional. Namun saya percaya dengan komitmen yang kuat dan kemauan politik kita dapat membuatnya terwujud.

Saat menerima para pengusaha kelas atas Jepang di Kyoto, tak lupa Presiden Yudhoyono juga mendorong keberlanjutan kerjasama ekonomi. Presiden memperkenalkan Presiden terpilih Joko Widodo kepada para pengusaha Jepang dengan penjelasan bahwa pemerintahan selanjutnya akan tetap meneruskan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini.

"Saya telah bertemu dengan Presiden terpilih Jokowi, dan saya sampaikan kerja sama dengan negara-negara sahabat dan saya harapkan kerja sama itu dapat dilanjutkan kembali. Saya dan Fukuda sendiri akan terus bekerja sama untuk membantu kerja sama perekonomian Indonesia dengan Jepang," kata Presiden saat menerima kalangan usahawan Jepang di Kyoto yang dipimpin oleh mantan PM Jepang Yosuo Fukuda di Kyoto.

Kepala Negara mengatakan hubungan Indonesia dan Jepang terus berkembang sejak dekade 1960-an dan 1970-an.

"Tentunya saat perekonomian Indonesia tengah berkembang saat ini, kami tidak melupakan kawan-kawan dari Jepang untuk berinvestasi," katanya.

Presiden juga menjelaskan seiring dengan tumbuhnya perekonomian nasional, maka kalangan kelas menengah di Tanah Air juga meningkat dan hal itu tentu merupakan potensi ekonomi, selain pengusaha Indonesia juga dapat menanamkan modalnya di Jepang.

Kini pemerintahan baru di bawah Presiden Joko Widodo akan memasuki masa tugasnya hingga lima tahun mendatang. Tantangan yang dihadapi dalam persoalan di kawasan dan global tidak ringan. Isu mengenai ISIS dan Ebola menambah daftar permasalahan internasional disamping isu-isu lama yang telah ada seperti ekonomi, kesejahteraan, krisis pangan dan energi serta keamanan internasional.

"Seperti yang saya katakan dalam bahasa Indonesia, dimana ada kemauan disitu ada jalan atau 'where there is a will, there is a way," kata Presiden Yudhoyono saat menyampaikan pidato di depan Sidang Umum PBB 2014. (Ant/Panca Hari Prabowo)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: