Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengusaha: Komoditas Pertanian Indonesia Belum Dukung Industri

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pengusaha penghasil komponen cita rasa makanan Direktur Utama Foodex Inti Ingredients C Willy Siwy mengatakan komoditas hasil pertanian Indonesia belum mendukung industri pengolahan makanan dalam negeri karena keterbatasan hasil produksi yang di proses secara tradisional.

"Produk pertanian masih menjadi hambatan dalam mendukung dunia industri pengolahan bahan baku cita rasa makanan karena beberapa komoditas pertanian atau perkebunan belum besar dan konsisten," katanya di Jakarta, Sabtu (18/10/2014).

Ia mengatakan hasil pengolahan pertanian di dalam negeri masih memakai cara lama sehingga hasilnya tidak mencukupi permintaan industri pengolahan bahan baku cita rasa makanan di Indonesia.

"Kita lihat contoh industri pengolahan pertanian bawang putih di luar negeri sudah sangat industrial bukan sangat manual seperti disini sehingga otomatis biayanya lebih murah," katanya.

Ia mengatakan kalau bicara produksi maka lihat produktivitas sedangkan kalau kembali ke bisnis maka lihat persaingan harga hasil produksi pertanian dengan negara lain.

"Kalau di negara lain satu hektar bisa menghasilkan 20 ton per tahun, kalau kita cuma menghasilkan per hektar empat ton per tahun, bagaimana bisa kita bersaing," katanya.

Ia berharap ke depan dengan pemerintahan baru bisa menyediakan komoditi dasar bahan pangan untuk rakyat Indonesia khususnya untuk industri.

"Kelihatannya pemerintahan baru ini akan mengusung kedaulatan pangan, industri makanan berharap khususnya yang berhubungan dengan pangan, kalau bisa kita berdaulat paling tidak dalam komoditi dasar dulu seperti beras," katanya.

Berdasarkan Badan Pusat Stastik (BPS) Indonesia telah mengimpor 472,7 miliar ton beras pada 2013, sedangkan nilai impor pangan termasuk daging, sayur dan buah-buahan, sekitar 8,6 miliar dolar AS.

Selain itu menurut Koordinator Nasional Aliansi untuk Desa Sejahtera (ADS) Tejo Wahyu Jatmiko mengatakan produksi pangan nasional belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri karena beberapa faktor diantaranya penurunan produktivitas akibat alih fungsi lahan.

"Pada periode 2003-2013 menyusut lima juta hektar menjadi 26 juta hektar dan kita juga kehilangan sekitar 5,07 juta rumah tangga usaha pertanian serta tingkat kerusakan irigasi pertanian mencapai sekitar 52 persen," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: