Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perikanan Bali Hasilkan 71 Juta Dolar AS

Warta Ekonomi -

WE Online, Denpasar - Bali menghasilkan devisa sebesar 71,004 juta dolar AS dari ekspor perikanan dan kelautan selama delapan bulan periode Januari-Agustus 2014, merosot 8,13 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 77,33 juta dolar AS.

"Perolehan devisa tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 20,79 persen dari total ekspor Bali mencapai 341,81 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panasunan Siregar di Denpasar, Selasa (21/10/2014).

Ia mengatakan, delapan dari belasan jenis hasil perikanan dan kelautan Pulau Dewata menembus pasaran mancanegara yang paling menonjol adalah ikan tuna dalam bentuk segar dan beku.

Ikan tuna mampu menghasilkan devisa sebesar 48,74 juta dolar AS selama delapan bulan pertama 2014, menurun 5,11 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 51,36 juta dolar AS. Ikan tuna tersebut merupakan hasil tangkapan nelayan dan kapal-kapal besar yang dioperasikan sejumlah perusahaan yang berpusat di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, namun wilayah oprasionalnya di perairan Indonesia.

Panasunan Siregar menjelaskan, komoditas hasil perikanan lainnya yang menembus pasaran luar negeri adalah ikan lainnya sebesar 9,48 juta dolar AS, ikan kerapu 6,55 juta dolar AS dan ikan kakap 2,47 juta dolar AS. Selain itu juga ikan hias hidup 2,10 juta dolar AS, ikan kepiting 73.968 dolar AS dan ikan hiu 49.540 dolar.

Ia menambahkan dua komoditas lainnya yakni rumput laut dan ikan nener tidak lagi menembus pasaran ekspor, padahal tahun-tahun sebelumnya kedua jenis matadagangan itu cukup potensial. Ia menambahkan, ikan dan udang hasil tangkapan nelayan Bali itu paling banyak diserap oleh pasaran Jepang yang mencapai 29,62 persen, menyusul pasaran Amerika Serikat 22,83 persen dan Thailand 16,57 persen.

Selain itu juga diserap oleh pasaran Singapura 1,27 persen, Australia 6,47 persen, Hong Kong 3,37 persen, Inggris 0,59 persen, Belanda 0,45 persen dan Perancis 0,37 persen.

"Sedangkan 18,45 persen sisanya diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena ikan dan udang hasil tangkapan nelayan di perairan bebas itu mampu bersaing di pasaran luar negeri," ujar Panasunan Siregar. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: