Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Dana Pensiun Masih Rendah

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya dana pensiun masih sangat minim. Masyarakat, khususnya pekerja, lebih memilih untuk mencicil perangkat elektronik (gadget) dibanding mempersiapkan dana pensiun.

Hal itu terungkap dalam hasil riset Sun Life Financial baru-baru ini yang dilakukan di delapan negara Asia, termasuk Indonesia terhadap 5.000 responden. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi mengenai hubungan antara pilihan gaya hidup dan tingkat kesehatan, tapi memiliki tingkat pemahaman yang rendah mengenai biaya perawatan kesehatan.

"Hal inilah yang mengakibatkan kurangnya langkah antisipasi yang dibuat untuk pendanaan biaya kesehatan di masa pensiun. Padahal, lebih dari 60% responden mengkhawatirkan biaya pemeliharaan kesehatan mereka di masa tersebut," ungkap Chief Distribution Officer PT Sun Life Financial Indonesia Elin Waty di Jakarta, Rabu (22/10/2014).

Hal lainnya juga dibuktikan dalam survei nasional literasi keuangan Indonesia yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2013. Dalam survei yang melibatkan 8.000 responden itu menunjukkan tingkat literasi atau pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk dan jasa keuangan hanya 21,8 persen.

Artinya, baru 52 juta dari 240 juta penduduk Indonesia yang paham mengenai industri, produk, dan jasa keuangan. Survei ini juga menunjukkan tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap dana pensiun baru 1,53 persen. Hal ini berarti hanya dua orang dari setiap 100 penduduk yang menggunakan produk dan jasa dana pensiun.

Setali tiga uang, Ketua Harian Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Nur Hasan Kurniawan mengatakan bahwa hingga saat ini aset DPLK dalam pengelolaan dana pensiun baru mencapai Rp 31 triliun dari 1,5 juta pekerja. Sementara untuk dana pensiun pemberi kerja, pesertanya baru dua juta pekerja.

"Pesertanya baru mencapai 3,5 juta atau 5,4% dari total pekerja formal 63 juta," kata Nur Hasan saat konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta, belum lama ini.

Bahkan, menurut Nur Hasan, saking kurangnya kesadaran masyarakat itu mala mempersiapkan dana pensiun menjadi kebutuhan yang kalah dari konsumsi untuk membeli gadget.

"Orang Indonesia konsumtif karena biasanya ingin mencicil. Untuk masa depan dinomorsekiankan. Kalau kita pasang iklan edukasi di koran akan kalah dengan iklan ponsel dencan cicilan bunga 0%," keluhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: