Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga BBM Pasti Naik Tahun Ini

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan dengan tingkat kepastian mutlak akan naik sebelum 1 Januari 2015 karena tanpa kenaikan harga BBM maka pemerintahan Presiden Jokowi akan kehilangan daya untuk mendanai dirinya. Kepastian akan kenaikan harga BBM itu dikemukakan Menteri Keuangan Bambang PS Brojonegoro.

Kenaikan yang diperkirakan berkisar Rp 3.000 untuk BBM bersubsidi per liter itu tentu akan berdampak menyeluruh pada kenaikan harga-harga komoditas dan biaya jasa apa pun. Pemerintah pun sudah mengantisipasinya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan dalam bentuk program perlindungan sosial yang tepat sasaran sebagai pengimbang atas kenaikan harga BBM bersubsidi itu.

Masalah subsidi energi yang menyangkut kehidupan orang banyak itu sesungguhnya sesuatu yang rutin dari tahun ke tahun. Namun, di awal-awal kenaikan harga BBM daya kejutnya masih begitu kuat dan berangsur-angsur akan menjadi sesuatu yang biasa. Tentu tiap individu punya daya penyesuai yang berbeda-beda satu sama lain.

Dua program perlindungan sosial yang akan diandalkan pemerintah dalam mengantisipasi kenaikan harga BBM tetap berkutat pada peringanan biaya pendidikan dan kesehatan untuk kalangan miskin.

Untuk kabinet sekarang ini, dua program itu diberi nama Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Tampaknya, untuk pemerintahan Jokowi dan JK ini berbeda dengan pemerintahan sebelumnya karena bantuan tunai langsung tak ditempuh. Jika bantuan semacam itu dilakukan maka orientasi dan sasarannya bukan demi kepentingan konsumsi, melainkan untuk aktivitas produktif.

Jika pada tataran pemerintah, sejumlah antisipasi sudah dilakukan maka pertanyaan berikut adalah menyangkut persiapan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sikap mental dalam berperilaku ekonomis tampaknya harus dijadikan salah satu dasar untuk bertindak sehari-hari dalam menghadapi kenaikan harga BBM yang kurang dari dua bulan ini.

Berperilaku hemat memang tidak cocok untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi makro. Namun, pilihan perilaku yang hati-hati dan menghindari pengeluaran konsumtif tetaplah pilihan prioritas.

Bagi kalangan rakyat miskin, pengetatan pengeluaran sehari-hari sangat signifikan untuk bisa melewati masa-masa awal kenaikan harga BBM. Kelompok ini akan dihadang berbagai kebutuhan pokok yang merangkak naik mulai dari biaya kontrakan tempat tinggal, tagihan listrik, harga sembako, hingga tarif transportasi. Mereka hanya diringankan oleh biaya pendidikan dan berobat yang akan ditanggung oleh pemerintah dalam program KIS dan KIP.

Hidup pada era ekonomi modern seperti sekarang ini dengan kompleksitas yang demkian tinggi serasa hidup dalam paradoks yang jika ditelusuri hingga ke kedalaman akar masalahnya jadi begitu penuh komidi. Mari simak penelusuran ini. Karena BBM naik maka harga-harga menjadi ikut naik.

Orang-orang miskin makin sulit memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti membeli bahan pangan dengan standar kecukupan nutrisi. Makin lama, makin sulit mereka mempertahankan tingkat kesehatan jasmani mereka karena makanan yang bernutrisi baik semakin mahal. Membeli buah-buahan dan sayuran segar semakin tak terjangkau. Apalagi, membeli ikan atau daging segar yang kian melambung harganya. Akhirnya, jalan yang ditempuh oleh orang miskin adalah membeli makanan yang taksehat seperti bahan pangan produk pabrik yang diberi bahan pengawet, pemanis, dan pewarna.

Makanan seperti ini mudah mendatangkan penyakit dan mudah membuat anak-anak sekolah mengantuk dan kurang berkonsentrasi dalam belajar. Ketika kondisi mereka melemah dan sakit, untunglah mereka mempunya Kartu Indonesia Sehat (KIS). Jadi, tertolonglah mereka dari kematian.

Kalau boleh memilih, rakyat miskin itu akan menyukai harga buah dan sayuran segar yang murah dan mereka dapat mengonsumsinya sehingga tubuh mereka sehat dan tidak perlu kartu untuk berobat gratis.

Untuk masalah pendidikan, mungkin agak lain. Biaya pendidikan murah, bahkan gratis, sangat penting bagi warga miskin yang takmampu menyekolahkan anak-anak sampai jenjang tinggi. Itu sebabnya KIP mempunyai peran strategis jika tepat sasaran dan tidak ada dana yang diselewengkan.

Selama ini pendidikan gratis dengan mudahnya terjadi distorsi di lapangan. Untuk pendidikan SD, misalnya, anak-anak orang yang berada pun jika mereka sekolah di sekolah dasar negeri mereka akan menikmati biaya gratis itu. Semestinya, harus ada pembedaan di mana untuk anak-anak orang berada diwajibkan membayar biaya pendidikan dan yang digratiskan hanya mereka yang berasal dari kelompok benar-benar miskin.

Diharapkan, distorsi program KIP tidak akan mengulang kembali kisah lama dalam pemerintahan sebelumnya. Jika distorsi itu bisa diminimalkan diharapan program KIP itu bisa menjangkau kalangan rakyat miskin untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga sekolah lanjutan atas atau bahkan perguruan tinggi.

Dalam menghadapi kenaikan harga-harga setelah kenaikan harga BBM bersubsidi peran kegotongroyongan masyarakat diharapkan kian fungsional. Strategi kesintasan menghadapi krisis ekonomi di Tanah Air selama ini antara lain dilakukan lewat praksis kultur gotong royong. Dalam pelaksanaannya semangat gotong royong semakin menipis untuk kehidupan urban.

Untuk itu, di lapisan keluarga inti tampaknya pola hidup hemat dan selektif dalam berkonsumsi sehari-hari adalah sebuah keniscayaan bagi kelompok warga miskin. Hanya dengan cara itulah mereka dapat sintas melewati prahara sebentar dalam kehidupan sehari-hari mereka. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: