Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenapa Warga Perbatasan Ingin Pindah Kewarganegaraan? (Bagian I)

Warta Ekonomi -

WE Online, Samarinda - Perut lapar ternyata menjadi rawan karena bisa menjadi alasan orang ingin hijrah. Jika hijrah dari provinsi A ke provinsi B masih dalam NKRI tentu hal itu sudah lumrah, tetapi bagaimana jika hijrah ke luar negeri atau pindah kewarganegaraan seperti yang ingin dilakukan oleh warga di 10 desa di Long Apari?

Badan Pengelola Kawasan Perbatasan, Pedalaman, dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) Provinsi Kaltim bersama TNI berhasil untuk meredam warga di 10 desa di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) yang ingin keluar dari NKRI untuk pindah menjadi warga Serawak, Malaysia.

Kepala BPK2DT Kaltim Frederik Bid saat turut melepas truk-truk TNI dari Samarinda menuju Mahulu membawa sembako pada 28 Oktober lalu mengatakan bahwa ketika pihaknya mendengar ancaman 10 desa di Mahakam Ulu (Mahulu) tim langsung naik helikopter bersama TNI ke lokasi untuk memantau dan mendengar langsung apa yang menyebabkan warga ingin keluar dari NKRI.

Setelah pihaknya melakukan pertemuan dengan perwakilan warga di 10 desa akhirnya didapat jawaban apa yang menjadi penyebab mengapa sampai mereka mengancam ingin pindah warga negara.

Masalah utamanya adalah warga di 10 desa tersebut menjerit karena lapar akibat adanya beberapa faktor, seperti kemarau yang berkepanjangan dan minimnya infrastruktur di kawasan itu sehingga menyebabkan berbagai bahan kebutuhan pokok harganya sangat tinggi.

"Untuk menanggulangi sementara tentang jeritan mereka akibat lapar tersebut maka hari ini kami bekerja sama dengan TNI AD memberangkatkan enam truk membawa 12,5 ton sembako ke 10 desa yang terdiri beras, gula, mi instan, dan obat-obatan," katanya saat itu.

Jumlah sembilan bahan pokok (sembako) dari Pemprov Kaltim tersebut belum termasuk bantuan sembako dan obat-obatan yang diberikan oleh Pemkab Mahakam Ulu yang jumlahnya sekitar lima ton.

Ke-10 desa yang hendak memisahkan diri dari NKRI tersebut semuanya berada di Kecamatan Long Apari, sebuah kecamatan yang berbatasan darat dengan Malaysia, meliputi Desa Long Pananeh I, Long Pananeh II, Long Pananeh III, Tiong Ohang, Tiong, Buu, Noha Tifab, Long Apari, Long Kerioq, Noha Silat, dan Desa Noha.

Enam truk pengangkut sembako tersebut berangkat dari Samarinda yang tepatnya dari Markas Komando Resimen Militer (Makorem) VI/Mulawarman. Keberangkatan truk-truk itu dilepas oleh Asisten Teritorial Kodam VI/Mulawarman Kol Inf Andi Andi Suyuti.

Menurut Suyuti, prajurit TNI yang membawa enam truk sembako itu mengemban misi bantuan sosial kemanusiaan dan bakti sosial kesehatan. Dalam misi itu selain ada obat-obatan juga ada tim kesehatan yang turut berangkat. Truk pengangkut sembako hanya mengantar sampai ke Melak, Kabupaten Kutai Barat. Selanjutnya dari Melak diangkut menggunakan helikopter pada Rabu (29/10/2014) menuju Long Apari.

Perjalanan harus menggunakan jalur udara karena belum ada akses darat ke Long Apari. Sedangkan, jika menggunakan jalur sungai tentu akan sulit karena musim kemarau. Seandainya turun hujan dan air sungai pasang pun maka masih akan membutuhkan waktu beberapa hari lagi untuk menuju lokasi sehingga mau tidak mau harus menggunakan jalur udara agar lebih cepat sampai dan hanya hitungan jam.

Sebelumnya, menanggapi adanya isu 10 desa yang ingin lepas dari NKRI, Pemprov Kaltim menurunkan tim terpadu yang dipimpin Danrem 091 ASN Brigjen TNI Nono Suharsono, Polda Kaltim, dan BPKP2DT Kaltim, yakni pada 21 Oktober menerbangkan dua helikopter TNI dan Polri dari Samarinda ke Mahulu.

Pemprov Kaltim terus melakukan koordinasi dan melihat langsung keadaan 10 desa di Kecamatan Long Apari tersebut. Bahkan, Wakil Guberur Kaltim M Mukmin Faisyal HP bersama jajaran TNI melakukan kunjungan ke Kampung Tiong Ohang, Long Apari.

Dalam kunjungan diketahui bahwa kemarau panjang hingga tujuh bulan ternyata bukan saja berdampak pada ekonomi, tetapi juga mampu mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat di sepuluh desa atau kampung di Long Apari.

Akibat kemarau, selain tanaman warga tidak berbuah dan tidak bisa panen juga tersendatnya pendistribusian sembako dan obat-obatan bagi pelayanan di Puskesmas di sepuluh kampung karena jalur sungai yang selama ini digunakan menjadi kering sehingga speed boat dan ketinting tidak bisa lewat.

Atas kondisi tersebut dan untuk memenuhi tuntutan masyarakat maka Pemprov Kaltim bersama TNI dari jajaran Kodam VI Mulawarman dan Korem 091 Aji Suryanatakesuma berkunjung sekaligus memberikan bantuan sembako dan bakti sosial. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: