Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Menanti Kerja Cepat Tim Ekonomi Jokowi-JK (Bagian I)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kalangan pelaku pasar keuangan menilai pemerintah Indonesia sedang menghadapi sejumlah pekerjaan berat, di antaranya memperbaiki neraca perdagangan yang masih mengalami defisit serta mendorong pembangunan infrastruktur agar ekonomi tetap tumbuh.

Sejumlah strategi diusung untuk menjaga ekonomi domestik, salah satu kebijakan yang santer beredar, yakni pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Dengan cara itu, diharapkan dapat mengikis defisit neraca perdagangan Indonesia sehingga tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Kalangan analis menilai subsidi BBM menjadi sumber utama defisit neraca perdagangan Indonesia. Harga BBM bersubsidi diperkirakan mengalami kenaikan di kisaran Rp2.000,00--Rp3.000,00 per liter sebelum 1 Januari 2015.

Namun, pemotongan subsidi BBM bukan hal mudah karena akan menyulut protes masyarakat luas. Di sisi lain juga akan menimbulkan peningkatan inflasi yang dapat memicu kekhawatiran investor di dalam negeri.

Selain itu, perbaikan defisit neraca perdagangan Indonesia juga masih akan mengalami kendala di tengah melambatnya perekonomian global yang dapat membuat permintaan ekspor rendah, sementara ketergantungan impor Indonesia masih relatif cukup tinggi.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan bahwa pemerintah harus berani mengambil risiko untuk secepatnya menaikkan harga BBM bersubsidi agar defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami perbaikan.

"Ekonomi kita sudah terlanjur rusak. Defisit neraca perdagangan sebenarnya bisa kita hindari jika pemerintah berani menaikan harga BBM pada tahun 2012 atau paling lambat di awal 2013 sehingga kita tidak perlu mengalami kondisi seperti sekarang. Karena sudah terlanjur, tim pemerintahan sekarang, terutama tim ekonomi, harus bergerak cepat untuk memperbaikinya," ucap Ito Warsito.

Secara politik, dia mengakui kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi bukanlah kebijakan yang populis, melainkan kebijakan itu merupakan salah satu langkah awal bagi perbaikan perekonomian Indonesia.

Menurut Ito Warsito, membaiknya kinerja neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia itu pada akhirnya akan dinilai positif oleh investor global sehingga investasi asing akan terus masuk ke dalam negeri yang akhirnya dapat menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia.

"Akan tetapi, itu 'necessary but not sufficient', artinya itu cukup dilakukan, tetapi tidak cukup membaik dengan sendirinya. Namun, perlambatan ekonomi Indonesia dan berita bahwa Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan harus menjadi perhatian pemerintah," katanya.

Ito Warsito mengharapkan pemerintah juga lebih memperhatikan industri pasar modal karena perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari perkembangan industri pasar modal.

Selama ini, lanjut dia, indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia menjadi salah satu parameter kinerja ekonomi Indonesia.

"Kalau pemerintah masih menggunakan pasar modal sebagai parameter untuk tolak ukur kinerja ekonomi, pemerintah harus ikut turun untuk mengembangkan industri," katanya. (Ant/Zubi Mahrofi)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: