Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Super Digital, Super Emotions

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Beberapa hari yang lalu salah satu aplikasi digital di smartphone saya berbunyi terus. Isinya teks yang mengingatkan soal lanjutan kisah cinta Rangga dan Cinta di tahun 2014. Lanjutan kisah cinta itu segera bisa disaksikan dalam bentuk drama pendek. Saya pikir film Ada Apa dengan Cinta? sudah tamat 12 tahun yang lalu. Kok, masih ada kelanjutannya ? Emosi saya seperti dipancing untuk menyaksikan drama pendek itu.

Kemudian seorang teman mengingatkan saya untuk jangan lupa minum air putih sesering mungkin setelah melihat video promosi kurang minum dapat menurunkan konsentrasi dan fokus. Pada video tersebut ada wanita cantik berpenampilan profesional yang sekilas terlihat cerdas, namun menjadi tidak cerdas karena kurang minum. Saya jadi penasaran dan ingin tahu dengan cerita ini dan langsung menonton videonya di Youtube

Era Komunikasi Digital, Era Menyentuh Emosi

Hidup di era revolusi digital mengakibatkan kita sebagai manusia tidak tabu lagi melakukan proses membandingkan antara satu pilihan dengan pilihan lain. Mungkin ini bukan perilaku yang biasa kita saksikan puluhan tahun lalu, namun kini sah-sah saja membandingkan seorang tokoh dengan tokoh lainnya, membandingkan presiden yang sekarang dengan pendahulunya, hingga membandingkan sebuah produk dengan kompetitornya.

Perilaku manusia membandingkan beberapa pilihan untuk dirinya lahir karena adanya kekuatan emosi yang keluar seperti ledakan gunung api.

Emosi itu yang kemudian dapat mengalahkan rasionalitas manusia dalam memutuskan apa produk atau jasa yang harus dikonsumsinya. Keputusan pembelian sebuah produk, menurut Marc Gobe penulis buku Emotional Branding, dapat dibagi menjadi dua kelompok pemicu, yaitu (1) pemicu rasional yang terdiri dari harga, kualitas, fitur, jaminan, serta keandalan produk, dan (2) pemicu emosional yang terdiri dari penampilan, rasa, kepuasan, merek, keamanan, serta ketakutan.

Marc tentu setuju bahwa internet kini telah membuat perubahan besar kepada seluruh dunia dan perilaku konsumen. Teknologi digital kini sangat membantu proses penyampaian unsur-unsur pemicu rasional dengan emosional kepada konsumen lebih cepat, namun juga lebih kompleks. Ada banyak faktor yang dapat mengaduk-aduk emosi konsumen.

Nah, bagaimana caranya agar kita dapat menemukan titik sentuh emosi konsumen? Bagaimana caranya agar kemampuan brand dapat membuat pesan komunikasi yang disampaikan berubah menjadi pesan berantai? Baca artikel Super Digital, Super Emotions selengkapnya di Majalah Warta Ekonomi Edisi 24.

Penulis: Charles Bonar Sirait, pengamat komunikasi publik, konseptor  Indonesia Super Digital Communications, penulis buku best seller The Power of Public Speaking. Colek saya di Twitter www.charlesbonarsirait.com 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: