Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tindakan Naikkan Harga BBM Sebuah Keprihatinan

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang - Antropolog Budaya Pater Gregorius Neonbasus SVD, PhD mendukung sepenuhnya langkah Presiden Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, dan menilai tindakan tersebut merupakan sebuah bentuk keprihatinan mendalam terhadap kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.

"Jika harga BBM bersubsidi tidak dinaikkan maka biasnya akan terasa di kemudian hari, seperti utang dan beban kehidupan bermasyarkat semakin membengkak," kata antropolog budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang itu dalam percakapannya dengan Antara di Kupang, Kamis (20/11/2014), terkait kebijakan Presiden Jokowi menaikkan harga BBM bersubsidi tersebut.

Neonbasu yang juga Ketua Komisi Sosial Budaya Dewan Riset Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu mengatakan dalam perspektif tersebut, alur kebijakan Presiden Jokowi jangan dinilai semata dalam konteks dan kepentingan jangka pendek.

"Memang, kenaikkan harga BBM bersubsidi tersebut cukup kontradiksi dengan perkembangan harga minyak dunia, namun dari sisi pragmatis, saya melihat tidak ada sedikitpun upaya dari Presiden Jokowi untuk menyengsarakan rakyatnya sendiri," kata alumnus Australian University tersebut.

Harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Selasa (18/11), misalnya, turun 18 sen menjadi 75,64 dolar AS per barel di New York Merchantile Exchange, harga minyak jenis Brent yang dipatok Eropa merosot 10 sen untuk pengiriman Januari menjadi 79,31 dolar AS per barel di London.

"Kondisi seperti ini dapat memberi citra yang kurang enak bagi para penganalisis yang memberi informasi kepada Presiden Jokowi untuk mengambil kebijakan yang secara politis dinilai tidak populis. Terminus tidak populis selama ini dinilai secara popular, sehingga terkadang juga digunakan secara sangat popular," katanya.

Mencermati kondisi tersebut, Neonbasu yang juga rohaniawan Katolik itu mengharapan semua komponen bangsa dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah yang bermuara pada upaya mensejahterakan masyarakat dan memperhatikan kepentingan rakyat kecil.

Langkah Pemerintahan Presiden Jokowi menaikkan hrga BBM tersebut diprediksi banyak pihak dapat menghemat pengeluaran negara hingga lebih dari 8 miliar dolas AS atau sekitar Rp97,23 triliun pada 2015 dengan hitungan kurs rupiah 12.153/dolar AS.

"Dalam refleksi antropologis, saya menilai upaya untuk menaikkan harga BBM bersubsidi ini sebetulnya sebuah sikap Jokowi yang sangat serius dalam menata struktur perekonomian Indonesia dalam sebuah pola reformis, karena harga BBM di Indonesia selama ini, dinilai yang paling murah di dunia," katanya.

Mencermati perkembangan yang terjadi di luar negeri seperti yang dilaporkan "Strait Times", kata Neonbasu, memberi sebuah kajian yang realistis tentang suasana perekonmian Indonesia bahwa dengan kenaikan harga BBM sebesar hampir 31 persen ini, pada sisi tertentu justru sebagai sebuah sinyal berharga akan sikap pemerintah untuk tetap pada komitmennya dalam upaya mencari strategi yang pas guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

"Kita harus akui bahwa ikhwal kenaikkan harga BBM ini memang sesuatu hal yang dianggap perlu. Subsidi BBM membuat pemerintah menanggung beban anggaran hingga Rp250 triliun tahun ini. Jika tidak segera dipangkas, beban subsidi BBM akan meningkat hingga Rp290 triliun tahun depan. Pemikiran seperti inilah yang harus disosialisasikan kepada rakyat, dan disinilah peran wakil rakyat untuk mensosialisasikannya," kata Neonbasu.

Ia menilai langkah strategis pemerintahan Presiden Jokowi menaikkan harga BBM ini tidak semata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, tetapi juga untuk menata ulang minyak dan gas bumi (Migas) Indonesia yang sangat kaya ini seirama dengan turunnya harga minyak dunia.

"Yang perlu diperhatikan disini adalah meningaktkan usaha-usaha strategis untuk menggarap sumber-sumber migas yang selama ini tidak diperhatikan secara serius seperti Celah Timor (Timor Gap) yang hanya menguntungkan Australia selama ini," katanya memberi contoh dan mengharapkan semua komoponen bangsa harus arif dan bijaksana dalam mencermati kenaikan harga BBM tersebut.

Sebagai pembanding, ia kemudian mencontohkan harga BBM di kawasan Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah. Di Venezuela, harga bensin US$ 0,06 per liter (Rp728 per liter), Arab Saudi US$ 0,12 per liter (Rp1.450 per liter), Iran US$ 0,25 per liter (Rp3.050 per liter), Mesir US$ 0,26 per liter (Rp3.150 per liter), Brunai Darussalam US$ 0,41 per liter (Rp4.980 per liter).

Uni Emirat Arab US$ 0,47 per liter (Rp5.700 per liter), Malaysia US$ 0,6 per liter (Rp7.300 per liter), Amerika Serikat US$ 0,89 per liter (Rp10.800 per liter), Brazil US$ 1,07 per liter (Rp13.000 per liter), Filipina US$ 1.09 per liter (Rp13.250 per liter), Thailand US$ 1,1 per liter (Rp13.363 per liter), India US$ 1,17 per liter (Rp14.200 per liter), Singapura US$ 1,54 per liter (Rp18.700 per liter), Perancis US$ 1,74 per liter (Rp21.140 per liter), Inggris US$ 2,03 per liter (Rp24.700 per liter), Turki US$ 2,17 per liter (Rp26.400 per liter).

"Jadi, kenaikan harga BBM tersebut bukan karena ketidakpedulian Presiden Jokowi dalam bingkai mensejahterakan masyarakat Indonesia secara umum. Walau sementara demonstran justru berteriak bahwa tindakan menaikkan BBM sebagai sikap tidak pro rakyat," demikian Gregorius Neonbasu. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: