Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Keluhan Para Pedagang Akibat Naiknya Harga BBM

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberlakukan pemerintah pada (18/11) membuat harga kebutuhan pokok di pasar tradisional terutama sayuran melambung.

Kondisi ini membuat beberapa pedagang mengeluh karena saat ini biaya yang dikeluarkan sebagai modal untuk membeli sayuran juga bertambah, sementara penghasilan mereka tidak pasti.

Ketidakpastian pendapatan tersebut akibat mahalnya harga sayuran yang membuat para pedagang enggan membeli dalam jumlah yang banyak tidak seperti sebelum kenaikan harga terjadi.

Umar (33) pedagang sayur di Pasar Kebayoran Lama menyayangkan kenaikan harga tersebut. Umar mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga sayuran tersebut disebabkan naiknya biaya transportasi.

"Masalahnya sayuran yang ada di Jakarta itu dipasok dari luar daerah dan itu kan juga perlu biaya transportasi. BBM harganya naik otomatis ongkos pengiriman juga bertambah, hasilnya harga sayuran juga ikut bertambah mahal. Akibat harga sayuran mahal jumlah pembeli sekarang jadi berkurang," katanya.

Dia menerangkan, harga cabai merah keriting di Pasar Induk Kramat Jati, misalnya, mencapai Rp60 ribu per kilogram. Sedangkan cabai merah rawit Rp55 ribu per kilogram. Selain itu, komoditas lain yang mengalami kenaikan antara lain, tomat dari Rp8.000 menjadi Rp10 ribu per kilogram.

"Daun sawi dari Rp8.000 menjadi Rp12 ribu per kilogram. Itu harga di Pasar Kramat. Ya kalau kita jual lagi kita ambil lebih antara Rp5.000 sampai Rp10 ribu lah," katanya.

Tak jauh berbeda dengan Umar, pedagang sayur lainnya, Rohimah (30) mengatakan kenaikan harga BBM berimbas pada melambungnya harga sayuran yang ada di pasaran.

"Harga semua sayuran naik, sekarang mahal semua. Paling tinggi naiknya itu Cabai. Kalau Timun biasanya Rp6.000 per kilo menjadi Rp10 ribu per kilo. Karena kita beli dari pasar induk sudah Rp8.000 per kilonya," tuturnya.

Pengusaha Warung Makan

Tak hanya pedagang sayur yang mengeluhkan harga sayur yang melonjak akibat kenaikan harga BBM. Sejumlah pengusaha warung makanan pun mengeluhkan naiknya harga sayur di pasaran.

Ida Kusuma (34), salah seorang dsari meraka, mengatakan dengan naiknya harga sayuran di pasar membuat dia harus mengeluarkan modal yang lebih besar untuk membeli bahan menu di warung miliknya.

Dengan naiknya harga sayuran menurut Ida memberi pengaruh terhadap hasil jualannya karena modal yang dikeluarkan lebih banyak, sementara untuk harga jual perporsi ia masih memasang tarif seperti biasanya.

"Meski sekarang harus mengeluarkan modal lebih banyak tapi untuk harga per porsi di sini masih sama antara Rp10 ribu sampai Rp20 ribu tergantung menu. Saya belum berani menaikkan harga karena takut pelanggan berkurang. Jadi biar kami tidak rugi kami mengurangi ukuran tiap porsi," katanya.

Tak jauh berbeda, Wati, pemilik warung makan lainnya, juga mengatakan akibat kenaikan harga sayuran pendapatannya sedikit menurun karena modal yang dikeluarkan menjadi lebih banyak.

"Sekarang harga barang di pasar naik, modal yang harus dikeluarkan untuk belanja juga naik. Karena modal tambah pendapatan berkurang," kata Wati.

Meskipun para pedagang makanan mengeluhkan kenaikan harga sayuran akibat rencana kenaikan harga BBM tersebut, mereka mengaku pasrah dan mendukung rencana pemerintah.

"Kami hanya bisa pasrah, kami hanya bisa berharap kepada pemerintah agar selalu memperhatikan kesejahteraan kami, dan tidak membiarkan rakyat kecil seperti kami sengsara" kata Wati.

Optimalkan Retail Dalam rangka mengendalikan harga barang di pasaran yang melonjak akibat kenaikan harga BBM Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya akan melakukan beberapa langkah yang diharapkan dapat menekan kenaikan harga di pasaran.

Salah satu upaya yang akan dilakukan PD Pasar Jaya ialah dengan mengoptimalkan retail dengan cara terlibat langsung di dalamnya.

"PD Pasar Jaya akan menambah program baru dengan terlibat langsung dalam retail, dalam hal ini agro," kata Kepala Humas PD Pasar Jaya, Agus Lamun.

Ia mengatakan keterlibatan langsung PD Pasar dalam retail ini selain dalam rangka pengembangan pasar tapi juga dalam rangka menjaga ketersediaan bahan pasokan barang di Jakarta.

"Kita berupaya membantu ketersediaan barang, sehingga menekan harga akibat ketakutan pasokan barang tidak tersedia. Ke depannya kami berharap setiap hari bisa dilaksanakan dan kita akan memastikan ketersediaan barang," ujarnya.

Oprimalisasi retail oleh PD Pasar Jaya, kata Agus, dalam tahap pengembangan dan pengelolaannya dilakukan oleh satu unit khusus yang disebut Unit Pelaksana Lain (UPL), merupakan salah satu bagian dari PD Pasar khusus menangani pengembangan bisnis retail dan agro.

Operasi Pasar Selain mengoptimalkan retail PD Pasar Jaya dalam rangka melakukan pengendalian harga juga akan melakukan operasi pasar pada lokasi-lokasi yang dianggap paling berpengaruh terhadap kestabilan harga.

"Membantu pengendalian harga. PD pasar akan melakukan operasi pasar, membantu instansi terkait dalam rangka operasi pasar," kata Agus.

Ia menambahkan pihaknya juga akan merekomendasikan pasar yang aliran barang yang paling banyak mempengaruhi harga pasar jika dirasa ada indikasi kenaikan harga yang tidak wajar.

"Harga dipengaruhi banyak hal misalnya cabe yang dipengaruhi stok, transportasi dan apa lagi sekarang cuaca hujan jadi indikasi gagal panen juga lebih tinggi sehingga harga menjadi lebih mahal," katanya Oleh karenanya tambah Agus ketersediaan barang menjadi berkurang yang juga mempengaruhi harga barang.

"Sekali lagi untuk mengatasi hal itu kita akan melakukan operasi untuk melihat ketersediaan barang serta untuk mengendalikan harga akibat kenaikan harga BBM," katanya. (Ant/Rendik Andhika)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: