Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebijakan Moneter Pertimbangkan Laju Reformasi Struktural

Warta Ekonomi -

WE Online, Pangkalpinang - Dosis atau takaran kebijakan moneter akan sangat tergantung proses reformasi struktural yang dilakukan pemerintah, agar secara fundamental, perekonomian Indonesia lebih kokoh dan tidak rentan terganggu tekanan ekonomi global, kata Gubernur BI Agus Martowardojo.

"Jika pemerintah dapat melakukan upaya yang benar-benar baik seperti kemarin, menyederhanakan perizinan, mempersingkat waktu perizinan dari bertahun-tahun menjadi beberapa hari, memberantas korupsi dan lainnya, itu bagus sekali. Nah sepanjang itu, kita juga akan tetap mempertimbangkan untuk mengeluarkan kebijakan. Prinsipnya kita keluarkan kebijakan yang hati-hati," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di Pangkalpinang, Bangka Belitung, Kamis (28/11/2014).

Agus mengisyaratkan instrumen moneter, seperti kebijakan suku bunga acuan (BI Rate), masih akan menerapkan kebijakan moneter ketat, yang dia akui selama ini telah berhasil mengarahkan pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan prinsip stabilitas ekonomi.

Dosis moneter ketat sudah diterapkan BI sejak 2013, ketika harga BBM saat itu naik dan juga mulai berhentinya pemberian stimulus moneter dari Amerika Serikat.

Pada 18 Novembe 2014, Bank Sentral kembali menaikkan dosis kebijakan moneter dengan mengangkat level BI Rate sebesar 25 basis poin ke 7,75 persen. Suku bunga "lending facility" turut naik menjadi 8,0 persen, namun suku bunga "deposit facility" tetap 5,75 persen.

Agus menjelaskan BI memperhitungkan risiko jangka pendek dan menengah dalam menentukan dosis moneter tersebut. Risiko jangka pendeknya adalah tekanan inflasi yang harus diantisipasi oleh BI, setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi sebesar Rp2.000. BI menjangkar inflasi empat persen plus minus satu.

Agus juga mengatakan BI sudah memperhitungkan potensi kenaikan Utang Luar Negeri karena naiknya suku bunga pinjaman dari perbankan dalam negeri. Dia meyakini prinsip kehati-hatian mengenai Utang Luar Negeri yang dirilis BI beberapa waktu lalu dapat menyeleksi peminjaman dana oleh swasta ke luar negeri agar lebih hati-hati.

Secara jangka menengah, Agus mengatakan dosis moneter juga akan melihat tekanan yang timbul akibat pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Agus mencermati kepercayaan investor kepada Indonesia terus membaik, sehingga dapat mengurangi potensi dana keluar jika Bank Sentral AS The Federal Reserve menaikkan suku bunga hingga sekitar 1,4 persen dari 0,25 persen saat ini.

Maka dari itu, lanjut Agus, reformasi struktural untuk menyehatkan fundamental ekonomi mutlak harus terus dilakukan.

"Dan kalo kita tidak menyehatkan fundamental kita. Mungkin kita yang paling kehilangan duluan uang-uang investor. Nah oleh karena itu, kita mesti jaga. Harapan saya jangka pendek, inflasi terkendali. Tapi tetap kita mesti waspada tekanan global," ujarnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: