Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Modal Masih Terkendala Penambahan Jumlah Investor

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 sudah semakin dekat. Pasar modal Indonesia harus mengambil manfaat pada era itu agar tidak tersingkir dari persaingan perdagangan bebas di kawasan.

Itu artinya, pasar modal Indonesia harus bersiap menghadapi tantangan baru karena persaingan pasar modal antarnegara dalam kancah regional sulit dihindari.

Pada tahun ini, menjadi momentum untuk meningkatkan daya saing, bukan hanya level regional, melainkan juga global. Salah satu yang wajib dilakukan, yakni mendorong investor domestik dan perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia atau emiten bertambah, baik secara kualitas maupun kuantititas.

Sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan daya saing, regulator pelaku pasar modal Indonesia dan anggota bursa (AB) telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan, salah satunya gencar melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pasar modal.

Salah satu agenda yang diselenggarakan, yakni "Investor Summit" dan pameran bernama "Capital Market Expo" hingga diluncurkannya program Gerakan Cinta (Genta) Pasar Modal yang mendapatkan dua rekor baru dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Dua rekor itu adalah penciptaan investor pasar modal terbanyak melalui satu program, yakni Genta Pasar Modal, dan pertemuan investor pasar modal terbanyak di Indonesia dengan melibatkan 5.000 investor.

"Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan daya saing, di antaranya mengembangkan aspek infrastruktur, memacu peningkatan emiten, jumlah investor, serta likuiditas pasar," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito.

Selain itu, BEI juga melakukan pembenahan dari segi perdagangan pasar saham, yakni perubahan satuan perdagangan (lot size) dan fraksi harga untuk perdagangan efek bersifat ekuitas yang telah diberlakukan pada tanggal 6 Januari 2014.

"Adanya pengembangan tersebut membuat pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) menjadi lebih stabil dan tidak terlalu 'volatile'," kata Ito Warsito menjelaskan.

Pengembangan dari sisi teknologi, pihak BEI juga mempersiapkan perusahaan sekuritas yang menjadi anggota bursa dari segi teknologi, seperti "Disaster Recovery Center" (DRC), yakni sistem transaksi cadangan anggota bursa yang dibangun di pusat pemulihan bencana. Sistem tersebut merupakan bagian dari program revitalisasi otoritas bursa.

"Itu salah satu kesiapan kita karena menyangkut daya saing kita dengan bursa negara lain," ucap Ito Warsito.

Pengembangan Terbaru Ito Warsito menambahkan bahwa BEI juga tengah melakukan persiapan dan pengembangan terbaru menyambut MEA, yakni pelaporan perusahaan tercatat dan anggota bursa dengan berbasis Extensible Business Reporting Language (XBRL).

Penerapan sistem XBRL itu merupakan salah satu program negara-negara anggota Kelompok Ekonomi 20 (G-20) agar memiliki pemahaman yang sama dalam membaca laporan keuangan emiten.

"Nantinya format pelaporan keuangan emiten di Indonesia akan sama dengan format pelaporan keuangan emiten di bursa negara lain. Ini memudahkan investor asing untuk melihat aset emiten Indonesia dan begitu pula sebaliknya," kata Ito Warsito.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen menjelaskan bahwa tujuan penerapan XBRL itu agar investor baik domestik maupun global dapat lebih mudah melakukan analisis informasi.

"Regulator juga akan semakin mudah memantau laporan emiten. Sistem pelaporan XBRL itu juga digunakan di sejumlah negara dan telah divalidasi baik untuk data kualitatif maupun kuantatif," ujar Hoesen.

Ia berharap implementasi sistem itu sudah dapat dimulai pada tahun 2015.

Dalam rangka meningkatkan daya saing, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga cukup aktif mengikuti program dan pertemuan skala internasional, misalnya Forum Regulator Pasar Modal ASEAN atau ASEAN Capital Market Forum.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengakui bahwa masih ada beberapa kendala dalam MEA, yakni salah satunya penawaran saham lintas negara (cross border offering) atau pencatatan saham ganda (dual listing) dikarenakan setiap negara memiliki aturan yang berbeda.

"Setiap negara mempunyai ketentuan yang berbeda-beda terkait dengan pelaksanaan IPO dan keterbukaan informasi. 'Cross border' masih belum bisa diterapkan di Indonesia," katanya.

Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal Sardjito mengatakan bahwa beberapa kelemahan yang juga dimiliki oleh pasar modal Indonesia, di antaranya minimnya modal, masih rendahnya pelaksanaan good corporate governance (GCG), serta terbatasnya produk pasar modal.

Investor Domestik Minim Pelaku pasar saham menilai minimnya jumlah investor dan sumber daya manusia (SDM) masih menjadi tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pasar modal Indonesia.

"Dalam mengembangkan pasar modal, kita dihadapkan pada beberapa tantangan utama, di antaranya belum optimalnya jumlah investor domestik. Jumlah investor pasar modal Indonesia sekitar 0,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad.

Menurut dia, sedikitnya jumlah emiten juga menjadi tantangan. Di sisi lain, produk yang berkembang juga baru dalam bentuk saham dan obligasi.

Presiden PT Astronacci International Gema Goeyardi mengatakan bahwa minimnya jumlah investor di Indonesia dikarenakan sumber daya manusia (SDM) yang juga masih belum memadai.

"Sumber daya manusia di industri pasar modal domestik sangat minim sehingga edukasi dan sosialisasi akan terbatas," katanya.

Jumlah analis pemegang sertifikat Certified Securities Analyst (CSA) masih di bawah 1.000 analis, sementara jumlah investor dalam data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per November 2014 sebanyak 463.061 nasabah. Analis yang ada juga tidak semuanya menangani investor secara langsung.

"Rasionya memang benar-benar kecil," kata Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan.

Sementara itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan bahwa untuk mendorong pertumbuhan investor pasar modal, dibutuhkan kepercayaan yang baik dari masyarakat kepada regulator.

"Inti dari semua itu adalah kepercayaan. Pengelolaan yang baik, pemerintahan yang baik dalam pengelolaan dan pengawasannya berlapis," kata Jusuf Kalla dalam program Gerakan Cinta (GenTa) Pasar Modal beberapa pekan lalu.

Sinergi Pasar Modal-Perbankan Untuk mendorong minat masyarakat masuk ke pasar modal, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menjalin kerja sama dengan empat bank untuk pengembangan fitur "monitoring efek" yang tersimpan di KSEI melalui layanan anjungan tunai mandiri (ATM) atau "internet banking".

"Ini merupakan langkah awal untuk pengembangan fitur-fitur lainnya ke depan," kata Direktur Utama KSEI Heri Sunaryadi.

Menurut dia, sinergi infrastruktur antarindustri diperlukan agar pelaku pasar secara efisien dapat mengembangkan produk dan layanan jasa sehingga pasar modal Indonesia menjadi kuat.

"Perseroan Terbatas (PT) KSEI akan memanfaatkan jaringan perbankan karena industri perbankan telah lebih dahulu mapan dan secara luas dikenal masyarakat Indonesia," katanya.

Sinergi pasar modal dan perbankan disambut baik oleh Otoritas Jasa Keuangan, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengharapkan sinergi itu mampu membuka celah bagi peningkatan jumlah investor institusi dan ritel di pasar modal domestik.

Menurut dia, peningkatan jumlah investor pasar modal dapat diupayakan dengan dukungan infrastruktur yang membuat masyarakat merasa mudah, nyaman, dan aman dalam berinvestasi.

"Pengembangan infrastruktur yang mempermudah akses masyarakat masuk ke pasar modal itu melengkapi sosialisasi dan edukasi yang secara masif dan terus-menerus dilakukan regulator," ucap Nurhaida.

Menangkan Persaingan Dalam memenangkan persaingan pada era MEA, Ito Warsito mengatakan bahwa kuncinya adalah stabilitas keamanan sosial dan politik serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Tanpa resep itu, semua persiapan yang dilakukan tidak akan ada artinya. Selain itu, masyarakat Indonesia juga harus memandang MEA sebagai sebuah peluang, bukan ketakutan," katanya.

Menurut dia, cara pandang yang positif akan dapat membangkitkan rasa optimisme sehingga pertumbuhan di pasar modal Tanah Air akan makin besar.

Sementara itu, Ketua Umum AAEI Haryajid Ramelan mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan regulator pasar modal untuk menghadapi MEA.

Meski demikian, lanjut dia, pendalaman pasar, terutama terkait dengan jumlah investor dan emiten harus tetap terus ditingkatkan kualitasnya, bukan melulu kuantitas.

Selain itu, perlindungan investor domestik juga perlu diperhatikan. Regulator pasar modal harus meningkatkan kecepatannya dalam merespons pengaduan pelaku pasar.

Namun, kendala yang ada di pasar modal ini tetap menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan dan tidak bisa dibebankan hanya pada pemerintah untuk membangun industri pasar modal yang lebih dipercaya investor. (Ant/Zubi Mahrofi)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: