Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenang 72 Tahun Soe Hok Gie

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Sekitar 45 tahun yang lalu tiga orang pria melangkahkan kakinya di antara bebatuan menuju puncak Mahameru di ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketiga orang itu, yaitu Soe Hok Gie, Idhan Lubis, dan Herman Lantang, tertatih-tatih di bawah tatapan matahari senja yang terlihat murung.

Sore itu cuaca sedang tidak ramah. Langit mendung dengan awan hitam yang bergulung-gulung, hujan menurunkan butiran pasir, dan angin bertiup kencang deru-menderu.

Pada kondisi alam seperti itu Gie duduk termenung di jalur pendakian. Di sisi gunung yang lain temannya Idhan khusyuk melaksanakan salat Magrib. Pujian dan pujaan tersampaikan dari mulut Idhan pada Sang Pencipta yang telah menyajikan alam dengan begitu menawan, namun terkadang menakutkan.

Herman Lantang mendadak gelisah karena berpisah dengan dua temannya. Ia cermati gejala-gejala alam yang menciutkan hati. Berdiri sendiri di tengah alam yang sedang bergolak, ia saksikan betapa remehnya manusia dibanding tiupan angin keras serta betapa bisunya manusia dibanding dentuman kawah yang menurunkan batu dan pasir.

Ia memutar arah untuk mengajak pergi kedua temannya dari tempat itu. Ia pikir harus turun cepat saat itu juga. Matanya sempat merekam keteduhan gerak Idhan yang sedang sujud pada Pemilik Semesta. Tapi, hatinya terus tertuju pada Gie yang sedang berada di posisi agak tinggi. Di sanalah ia lihat gas beracun membuat sesak tenggorokan Gie hingga tidak mampu bernapas. Tubuhnya meronta dan berontak dengan kondisi itu, tapi alam lebih kuat darinya. Gie wafat di pangkuan temannya.

Setelah membawa Gie turun, Herman kembali lagi menjemput Idhan. Ia lihat temannya juga sudah lemas tubuhnya. Ia bopong tubuh lemas itu untuk turun ke kaki gunung. Sepanjang perjalanan tidak hentinya Idhan melantunkan surat Al-Fatihah. Ia pun bertanya pada Herman, "Herman kau Kristen dan aku Islam, apakah Tuhan kita sama?" Tidak lama ia hembuskan nafasnya yang terakhir. 

Gie meninggal dalam usia 26 tahun, tepat satu hari sebelum hari ulang tahunnya. Hari ini, Rabu (17/12/2014), adalah tepat hari lahir Gie yang ketujuh puluh dua tahun dan ingatan kita padanya dia masih begitu membekas. Begitu pula tulisan dalam buku hariannya, "Seorang filsuf Yunani pernah menulis ... nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: