Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Langkah BI Hadapi Pelemahan Rupiah dan Faktor Penyebabnya (Bagian II)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belakangan ini terus menjadi sorotan. Pada pembukaan pasar hari Selasa kemarin (16/12/2014), rupiah bergerak dalam tren melemah dan cukup berliku. Puncaknya, dolar AS sempat menguat di posisi Rp 12.926.

Lantas, apa yang menyebabkan rupiah gemar bergejolak pada beberapa hari belakangan ini? Berikut ini adalah penyebabnya seperti yang disarikan dari beberapa sumber.

1. Kebijakan Moneter Rusia Ikut Pengaruhi Gejolak Rupiah

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan ada andil dari penguatan pengetatan moneter di Rusia terhadap pelemahan rupiah, selain karena ekspektasi percepatan penaikan suku bunga di Amerika Serikat. Rusia menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis poin menjadi 17%.

"Ketika investor melihat Rusia tahu-tahu naik 650 basis poin. Pasti ada pemikiran pindahkan portofolio ke Rusia. Pola berpikir ini yang menyebabkan perubahan di pasar," kata Menkeu.

Central Bank of Russia, Senin (15/12/2014), memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan dari 10,5% menjadi 17% dalam waktu sepekan untuk menangkal depresiasi rubel yang anjlok 48,8% sepanjang tahun berjalan.

Bank Indonesia beberapa waktu lalu menaikkan suku bunga 25 basis poin sehingga BI rate menjadi 7,75%. Tetapi, kenaikan itu menjadi sia-sia karena langkah Rusia.

2. Faktor Musiman dan Defisit Transaksi Berjalan Indonesia

Menkeu menjelaskan bahwa selain faktor di atas, defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia turut menyumbang rupiah tertekan. Meskipun tahun ini menunjukkan perbaikan, defisit yang masih US$ 6,8 miliar atau 3,1% terhadap produk domestik bruto (PDB) dianggap masih terlalu lebar untuk ukuran negara berkembang.

Sementara itu, ada lagi faktor-faktor lain yang sifatnya musiman yang kebetulan terjadi pada hari-hari belakangan ini. "Terjadi peningkatan permintaan USD di akhir tahun. Itu selalu terjadi, ini faktor musiman. Karena perusahaan butuh dolar untuk membayar utang maupun juga mungkin mengirimkan dividen serta ada reposisi portofolio dari surat berharga berdenominasi rupiah ke asing, terutama adalah USD," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: