Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemilihan Pejabat, Konflik KPK-Polri Itu Pelajaran Penting

Warta Ekonomi -

WE Online, Semarang - Pakar hukum tata negara Universitas Islam Sultan Agung Semarang Dr Rahmat Bowo mengatakan konflik Polri-KPK bisa menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah dalam memilih pejabat.

"Berkaca dari yang terjadi antara Polri-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sekarang ini, ada pembelajaran berharga yang bisa diambil. Pilih pejabat yang tidak berisiko," katanya di Semarang, Sabtu (24/1/2015).

Menurut dia, semestinya rekam jejak (track record) menjadi pertimbangan paling penting dalam memilih pejabat agar tidak menimbulkan permasalahan pelik di kemudian hari, sebagaimana sekarang. Pejabat yang memiliki "borok" sekecil apa pun dalam rekam jejak kariernya, kata pengajar Fakultas Hukum Unissula itu, seharusnya tidak dipaksakan untuk menduduki jabatan-jabatan yang sentral.

"Kenyataannya, pejabat-pejabat yang berisiko semacam ini malah yang dipilih. Sudah jelas-jelas jadi tersangka, tetap dipaksakan jadi Kapolri, misalnya. Sekecil apa pun, tetap berisiko," katanya.

Memaksakan pejabat yang berisiko, terutama terkait hukum, kata dia, memiliki implikasi negatif, yakni pejabat yang bersangkutan akan mudah didikte oleh pihak tertentu dalam menjalankan tugasnya. "Begini, jangan-jangan malah pejabat yang berisiko ini yang sengaja dipilih agar mudah didikte. Sebab, kalau pejabat itu 'ngeyel', 'boroknya' akan dibongkar. Jadinya kan 'nurut'," tukas Rahmat.

Implikasi negatif lainnya, kata dia, pejabat bersangkutan sewaktu-waktu bisa dipersoalkan secara hukum karena "borok" dalam rekam jejaknya itu, seperti yang terjadi antara Polri-KPK sekarang ini. Makanya, Rahmat mengingatkan pemerintah harus selektif dalam memilih pejabat, apalagi yang akan menduduki jabatan-jabatan sentral, terutama dalam rekam jejaknya yang tidak memiliki risiko.

"Persoalan yang terjadi antara Polri-KPK sekarang ini kan tidak lepas dari sikap Presiden dan DPR dalam memilih calon Kapolri. Presiden tetap bersikukuh, DPR ternyata juga meloloskan," katanya.

Semestinya, kata dia, Presiden bisa mencabut pengajuan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri begitu ada penetapan tersangka dari KPK, dan DPR di lain pihak juga bisa menolak usulan, sehingga tidak menimbulkan persoalan pelik sebagaimana terjadi antara Polri dan KPK sekarang ini.

"Makanya, ini bisa jadi pelajaran berharga di kemudian hari dalam memilih pejabat," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: