Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Naik di Perdagangan Asia

Warta Ekonomi -

WE Online, Tokyo - Kurs dolar pulih di perdagangan Asia pada Rabu, setelah terpukul di New York dalam menanggapi data ekonomi AS yang lemah dan sejumlah laporan laba mengecewakan, sementara para pedagang menunggu hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve Rabu (28/1/2015) .

Pada perdagangan sore di Tokyo, greenback diambil 118,16 yen, naik dari 117,90 yen di perdagangan AS pada Selasa (27/1/2015) sore. Euro yang mencapai titik terendah lebih dari 11 tahun terakhir di bawah 1,10 dolar pada Senin -- dibeli 1,1335 dolar dan 133,93 yen terhadap 1,1380 dolar dan 134,19 yen di New York.

Dolar dilanda aksi jual pada Selasa setelah rilis data menunjukkan pesanan barang tahan lama AS secara tak terduga jatuh 3,4 persen pada Desember, mengingatkan investor bahwa ekonomi utama dunia itu masih memiliki titik-titik lemah, terutama paparan pelambatan ekonomi global.

Sentimen juga tertekan oleh laba dan prospek negatif dari beberapa perusahaan terbesar di dunia, termasuk Caterpillar, Microsoft, dan konglomerat Procter & Gamble. Sebuah laporan lembaga riset Conference Board yang menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen AS melonjak pada Januari ke tingkat tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun, tidak mampu mengangkat "mood" para investor.

"Sungguh luar biasa berapa besar dampak laporan tunggal yang lemah ini," National Australia Bank mengatakan, mengacu pada angka pesanan barang tahan lama.

"Reaksi tajam ini mengatakan banyak tentang posisi pasar. Telah lama dolar AS terus tumbuh (untuk alasan yang baik), tetapi beberapa pengikut yang lemah rentan terhadap guncangan yang keluar dengan mudah." "Tanda-tanda Fed lebih hati-hati ... akan menyebabkan lebih banyak dari mereka untuk berlari." Dolar Singapura tumbang Bank menambahkan bahwa "setiap catatan peningkatan kekhawatiran dari Fed tentang inflasi lemah, pelemahan mitra dagang, atau dolar AS yang lebih kuat kemungkinan akan diambil sebagai sinyal dovish".

The Fed diperkirakan tidak akan membuat keputusan yang signifikan pada kebijakannya, tetapi bisa memperbaiki sinyal untuk kenaikan suku bunga yang direncanakan diharapkan sekitar pertengahan tahun ini. Investor juga mengawasi Eropa karena pemerintah baru Yunani yang anti penghematan bersiap untuk saling berhadapan dengan para kreditor internasional atas dana talangan atau "bailout"-nya.

Dolar AS naik menjadi 1,3569 dolar Singapura pada satu tahap, tertinggi sejak Agustus 2010 dan juga naik dari 1,3441 dolar Singapura pada Selasa, setelah bank sentral Singapura tiba-tiba memperlonggar kebijakan moneternya dan menunjuk ke prospek inflasi yang lebih lemah.

Dolar Australia sempat naik di atas 80 sen AS sebelum tergelincir kembali ke 79,90 sen AS, setelah data resmi menunjukkan tingkat inflasi di negara itu telah mengalami percepatan. The Aussie dibeli 79,38 sen AS pada Selasa (27/1/2015).

"Ada pembicaraan tentang penurunan suku bunga minggu depan, sehingga angka CPI (indeks harga konsumen) yang kuat secara signifikan telah mengurangi kemungkinan itu, mendukung dolar Australia menguat," Koji Fukaya, chief executive officer dan penyiasat mata uang di FPG Securities, mengatakan kepada Bloomberg News.

Dolar sebagian besar lebih kuat terhadap mata uang Asia-Pasifik. Unit AS meningkat menjadi 61,48 rupee India dari 61,45 rupee, menjadi 12.524 rupiah Indonesia dari 12.465 rupiah, menjadi 32,63 baht Thailand dari 32,57 baht, dan menjadi 1.085,11 won Korea Selatan dari 1.079,75 won.

Greenback naik tipis ke 44,17 peso Filipina dari 44,15 peso, sementara itu tidak berubah pada 31,23 dolar Taiwan. Yuan Tiongkok diambil 18,91 yen terhadap 18,90 yen. (Ant)

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: