Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sistem Industri Energi Alternatif Harus Terbangun

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Adiarso mengatakan bahwa sistem industri energi alternatif harus mulai terbangun.

Sistem tersebut untuk menggenjot target pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23 persen yang digunakan untuk 20 tahun ke depan, kata Adiarso di Jakarta, Kamis (29/1/2015). "Tapi kita prediksi hanya 14 persen, sekarang saja baru sekitar delapan persen, karenanya sistem industri energi alternatif itu harus dibangun sekarang," katanya.

Menurut dia, sistem industri energi alternatif tersebut tidak boleh gagal dibangun mulai dari sekarang, mengingat Indonesia diprediksi akan menjadi net importir energi 20 tahun mendatang. "Minyak sudah impor, gas 10 tahun lagi net importir, 20 tahun lagi kita net importir energi. Waktu 10 tahun itu sangat pendek buat orang-orang yang berkecimpung di bidang energi, 10 tahun itu seperti besok pagi buat kita," ujar dia.

Bahan bakar, menurut dia, sampai kapan pun akan menjadi isu nasional. Pergerakan harga bahan bakar di dunia akan terus memicu gejolak di dalam negeri. Jika tidak mulai dialihkan ke energi alternatif, subsidi ratusan triliunan rupiah per tahun akan selalu terjadi. Dengan uang tersebut seharusnya Indonesia bisa membuat 15 bandara sekelas Bandar Udara Internasional Kuala Namu per tahun, atau dua jembatan selat sunda per tahun.

Yang jelas, ia mengatakan Indonesia praktis telah memasuki era lampu kuning dalam penyediaan energi nasional. Berdasarkan Outlook Energi Indonesia 2014 yang dikeluarkan tim BPPT, bila tetap dalam kondisi "business as usual" seperti saat ini, maka pada 2023 Indonesia menjadi importir gas bumi.

Persoalan kelistrikan nasional pun, menurut dia, menjadi perhatian mengingat penyediaan listrik belum maksimal dengan rasio elektrifikasi masih sekitar 76 persen. Sedangkan pemakaian BBM untuk pembangkit listik tidak efisien, begitu pula batubara untuk PLTU sesuai spesifikasi karena sebagian barubara dengan kualitas baik sebagian besar dialokasikan untuk ekspor. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: