Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebijakan Menteri Susi Dapat Dukungan Nelayan di Ambon

Warta Ekonomi -

WE Online, Ambon - Nelayan di wilayah Kota Ambon mendukung penerapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen-KP) tentang penangkapan lobster, kepiting dan rajungan, kata Kepala Dinas kelautan dan Perikanan Fernanda Louhenapessy.

"Nelayan di Ambon mendukung penerapkan Permen KP Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penangkapan Lobster, Kepiting dan Rajungan species tertentu karena lokasi penangkapan atau budidaya saat ini hanya di satu lokasi yakni kecamatan Nusaniwe," katanya, di Ambon, Sabtu (31/1/2015).

Menurut Fernanda, nelayan di daerah ini hanya melakukan penangkapan di satu lokasi yakni desa Latuhalat dan tidak melakukan penangkapan untuk species tertentu tetapi untuk dijual dan dikonsumsi. Sedangkan Permen- KP Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela dan Pukat Tarik tidak masalah karena memang para nelayan tidak mengginakannnya.

"Penerapan Permen itu tidak membuat gejolak karena para nelayan menggunakan kapal di atas 10 GT dan batas penangkapan di luar 10 mil," katanya.

Fernanda mengakui, alat tangkap yang digunakan berukuran kecil. Selain itu sarana tangkap yang digunakan bukan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik.

"Nelayan di Ambon banyak yang menggunakan rumpon untuk budidaya ikan, udang dan kepiting, sedangkan penangkapan dilakukan di kawasan Latuhalat dan tidak untuk komersil tetapi untuk warga sekitar," ujarnya.

Dijelaskannya, ke depan pihaknya akan mengembangkan budidaya ikan dan lobster di dua lokasi di Ambon tahun 2015. "Mulai tahun ini kami akan mengembangkan budidaya lobster di kawasan Mahia pantai Leitimur Selatan dan budidaya ikan di Latuhalat, kecamatan Nusaniwe," katanya.

Ia mengatakan, selama ini pengembangan budidaya ikan dan lobster baru sebatas pemeliharaan bibit saja, tetapi konsep yang akan dikembangkan kedepan yakni pemeliharaan telur atau teknologi hijri. Selama ini,lanjutnya, konsep yang dilakukan yakni bagaimana memelihara telur, hingga panen dan memasarkan. Tetapi Konsep baru yang akan dikembangkan yakni teknologi hijri dengan melakukan studi untuk investasi yang besar.

"Proses yang dilakukan yakni menyiapkan benih, bukan seperti budidaya di Teluk Ambon dilanjutkan dengan memelihara, setelah usia mencukupi dipanen, tetapi tahapan yang dilakukan saat ini yakni mulai dari telur sampai menetes untuk species khusus dan selanjutnya akan dijual ke perusahaan yang siap untuk menampung," katanya.

Fernanda menambahkan, upaya ini dilakukan untuk mendukung Maluku sebagai salah satu kawasan maritim di Indonesia Timur. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: