Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembatik Borobudur Terus Kembangkan Motif

Warta Ekonomi -

WE Online, Magelang - Pertemuan intensif pembatik Candi Borobudur semakin meningkatkan kreativitas mereka dalam mengembangkan motif, terutama bersumber dari peninggalan peradaban dunia itu dan lingkungan alam setempat.

"Mereka sering bertemu dan mengikuti kegiatan peguyuban, saling bercerita satu sama lain tentang temuan-temuannya. Itu yang terutama membuat pembatik anggota kami semakin kreatif mengembangkan motif," kata Sekretaris Peguyuban Batik Kawasan Borobudur "Mandala" Kabupaten Magelang, Jateng, Adi Winarto, di Borobudur, Sabtu (28/2/2015).

Ia mengatakan anggota peguyuban tersebut bukan berlatar belakang pendidikan formal menyangkut desain atau seni, namun puluhan orang yang meliputi sejumlah kelompok pembatik di beberapa desa di sekitar candi yang dibangun sekitar abad ke-8 masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.

Berbagai kelompok mereka, antara lain bernama Kelompok Tingal dan Lumbini (Desa Wanurejo), Chatra dan Mandala (Desa Borobudur), Noreh dan Makara (Desa Majaksingi), Menoreh (Desa Giritengah), dan Watu Kendil (Desa Candirejo).

"Umumnya mereka para ibu rumah tangga, kalangan perempuan, bekas pengasong. Basisnya bukan desain, mereka belajar membatik secara autodidak, saling meniru motif lalu mengembangkan sendiri. Yang terjadi mereka punya gaya dan motif batik sendiri yang khas Borobudur dan tidak ada di daerah lain," katanya.

Produk batik mereka, katanya, berupa cap dan tulis yang masuk kategori warisan budaya Indonesia sesuai dengan pengakuan Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) sejak 2009. Hingga saat ini, anggota peguyuban tersebut telah memiliki sedikitnya 100 motif batik.

Berbagai produk batik kawasan Candi Borobudur, antara lain dengan nama motif bernama Chatra, Sekar Buddha, dan Stupa Lung-Lungan (Kelompok Chatra), Mandala, Lotus, dan Wajik (Kelompok Mandala), Daun Singkong (Kelompok Noreh), Cengkih (Kelompok Makara).

Selain itu, motif Candi (Kelompok Menoreh), Kembang Kates, Kalpataru, dan Mega (Kelompok Watu Kendil), Stupa Ceplok (Kelompok Tingal), Liman, Sidoluhur Mbuduran, dan Tentrem (Kelompok Lumbini).

Ketua Peguyuban Batik Kawasan Borobudur "Mandala" Kabupaten Magelang Jack Priyono mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya mengadakan kegiatan bersama para anggota untuk secara khusus ke Candi Borobudur guna mengamati lebih mendalam tentang berbagai relief.

"Mereka mendokumentasikan relief-relief Borobudur menggunakan kamera dari telepon seluler. Ini menginspirasi mereka untuk mengembangkan motif batiknya," katanya.

Selain itu, katanya, mengumpulkan berbagai tanaman, biji-bijian, dan dedaunan dari lingkungan masing-masing untuk diolah menjadi bahan pewarnaan alami produk batik mereka. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: