Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Optimisme Otomotif 2015

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Tingkat pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan tipis pada tahun 2014, seiring dengan perlambatan ekonomi nasional. Kenaikan harga BBM, inflasi, serta melemahnya nilai tukar rupiah menjadi pemicunya.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat mobil yang terjual pada periode Januari-Desember 2014 sebesar 1,21 juta unit. Jumlah tersebut turun 1,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada awal tahun lalu, pelaku industri otomotif nasional sebenarnya cukup optimistis bakal mencapai penjualan 1,25 juta kendaraan roda empat. Namun, kenaikan harga BBM, inflasi, serta melemahnya nilai tukar rupiah turut memengaruhi daya beli masyarakat. Hal ini terungkap dari survei ANZ pada Desember 2014  yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen terjun ke level 152.  Jumlah tersebut turun 9,4 poin dari angka rata-rata pada 2014 atau merupakan penurunan paling tajam sejak 2012.  

ANZ Chief Economist South Asia, ASEAN & Pacific Glenn Maguire berpendapat bahwa semangat tinggi dari masyarakat Indonesia akhirnya teredam di bulan Desember dengan kombinasi kenaikan harga BBM, naiknya harga pangan, nilai tukar rupiah yang bergejolak, ditambah lagi faktor musiman, semua mengarah ke menukiknya keyakinan konsumen di penghujung 2014. Artinya, konsumen di Indonesia mulai mengurangi belanja, yang tentu membuat kalangan industri berdebar-debar karena waswas.  Banyak calon konsumen menghitung ulang dananya sebelum membelanjakan uangnya untuk kendaraan mobil.

Pelemahan daya beli konsumen benar-benar langsung dirasakan pelaku industri, khususnya industri otomotif. Saat permintaan mulai melambat, pelaku industri mobil juga tertohok dengan naiknya biaya produksi mobil. Kali ini sumbernya datang dari nilai tukar rupiah yang melorot terhadap dolar AS. Pasalnya, kandungan impor otomotif Indonesia masih relatif besar.

Koreksi jumlah penjualan otomotif di Indonesia adalah pelajaran penting bagi para pelaku industri. Meski tidak terlalu dalam koreksinya, apabila merujuk kepada Gaikindo, penjualan mobil tahun 2014 lalu hanya sedikit mengalami koreksi. Penjualannya mencapai 1,21 juta unit dari target yang ditetapkan Gaikindo sebesar 1,25 juta unit. Sekitar 4 juta unit selisih penjualan antar-tahun tersebut.

Penjualan Tersendat

Pada 2014, hampir semua jenis mobil mengalami penurunan penjualan di dalam negeri, kecuali mobil murah ramah lingkungan (LCGC) yang meningkat drastis. Tercatat LCGC terjual sebanyak 172.120 unit per 2014, naik signifikan dibandingkan pencapaian  pada 2013 sebanyak 51.180 unit. Peningkatan terjadi karena pada tahun 2013, LCGC mulai dipasarkan baru pada Juli sehingga efektif penjualan hanya enam bulan.

Untuk jenis kendaraan sedan, terjadi penurunan 36,8% dengan hanya mencatatkan angka penjualan 21.614 unit dari tahun 2013 yang mencapai 34.199 unit. Diikuti dengan mobil keluarga (multi-purpose vehicle) yang juga turun penjualannya sebesar 13,7%, dari 787.712 unit menjadi 679.856 unit. Kondisi yang sama terjadi pada pasar mobil berpenggerak roda empat (4WD) yang turun 8,5%, bus anjlok 5,43%, pickup atau truk negatif 5,34%, dan kendaraan kabin ganda turun 25,56%.

Penurunan permintaan mobil tahun lalu dibandingkan pada 2013 juga dirasakan oleh Toyota, produsen mobil terbesar di Indonesia. Sebagai gambaran, Toyota pada 2014 mencatat penjualan 399.750 unit atau turun 8,78% dibandingkan total penjualan tahun sebelumnya yang mencapai 434.870 unit.

Kendati pasar domestik turun, tidak demikian halnya dengan pasar ekspor. Volume ekspor kendaraan utuh (complete built up/CBU) tercatat meningkat 18,35%, dari 170.910 unit pada 2013 menjadi 202.270 unit pada 2014. Sebaliknya,  impor CBU anjlok 31,98% menjadi hanya 104.750 unit.

Walaupun melemah, permintaan mobil di negara berkembang akan terbuka, sebab populasi mobil belum seimbang dengan jumlah penduduknya. Itulah potensial pasarnya. Gaikindo mencatat populasi mobil di Indonesia saat ini baru mencapai 32 unit per 1.000 penduduk, jauh tertinggal dari Thailand yang sudah mencapai 123 unit untuk 1.000 penduduk. Bahkan di Malaysia 300 unit untuk 1.000 penduduk. Masih sangat besar pasar untuk otomotif di Indonesia. Oleh karena itu, sepertinya 2015 masih menjadi tahun yang menjanjikan bagi perusahaan otomotif di Indonesia.

Proyeksi Produksi Tahun 2015

Beberapa produsen mobil di Indonesia berencana menaikkan produksi mobil pada 2015. Hal ini diungkapkan oleh Advisor to Board of Director External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Eko Rudianto. Ia mengatakan tahun ini produksi mobil di Indonesia akan melebihi jumlah produksi di Thailand dari sisi pasar domestik. Pada tahun ini kapasitas produksi terpasang industri mobil nasional naik menjadi 2 juta unit per tahun dari tahun 2014 yang  sebesar 1,95 juta unit.  Menurut dia, terealisasinya sejumlah investasi penambahan kapasitas oleh beberapa produsen otomotif di dalam negeri membuat kapasitas produksi mobil naik. Ekspansi dilakukan oleh penghuni enam besar pasar mobil Indonesia, yakni Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi, dan Nissan.

Eko memaparkan kapasitas produksi TMMIN atau Toyota Indonesia akan menjadi 250.000 unit per tahun 2015, dibanding pada tahun 2013 sebanyak 150.000 unit. Sementara itu, kapasitas produksi Daihatsu naik dari 460.000 unit menjadi 500.000 unit per tahun. Berikutnya, Suzuki dari 200.000 unit per tahun menjadi 350.000 unit per tahun, Nissan dari 100.000 unit menjadi 300.000 unit per tahun, Mitsubishi dan Fuso dari 100.000 unit menjadi 250.000 unit per tahun, dan Honda dari 80.000 unit menjadi 200.000 unit per tahun.

Peningkatan industri otomotif tersebut dilakukan dengan alasan jumlah kelas menengah di Indonesia yang terus naik. Menurut Eko, itulah yang mendorong bertambahnya permintaan kendaraan. Buktinya, “mobil murah” makin bergelimang di jalan. Bahkan, pertumbuhan penjualannya sangat signifikan pada tahun lalu. Indikasi ini kiranya masih akan menjadi modal semangat produksi di tahun ini.

Namun, ada catatan kecil yang selama ini selalu didengungkan bagi pemerintah dan pelaku industri otomotif, yakni perbandingan jalan dengan otomotif yang tidak seimbang. Hal itu pada akhirnya memunculkan implikasi “kurang sedap” bagi pertumbuhan otomotif.

Sumber: WE-03/XXVI/2015

Penulis: Agus Aryanto dan Sucipto

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: