Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank-bank Kecil Merapat ke Pasar Modal

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Minat perusahaan Indonesia untuk melantai di BEI masih santer. Beberapa telah menjadi anggota BEI belum lama ini. Jelang tutup tahun 2014, satu bank hadir bersama, dan satu bank lagi lahir di awal Januari 2015.

Perbankan menjadi sub-sektor jasa keuangan yang paling besar asetnya dibandingkan lembaga keuangan lainnya. Sebagian besar masyarakat juga lebih banyak mengetahui tentang perbankan dibandingkan sub-sektor jasa keuangan lainnya, seperti asuransi, pasar modal, multifinance, pegadaian, dan lain-lain. Selain itu, produk/jasa dari perbankan juga lebih banyak digunakan dibandingkan sub-sektor jasa keuangan lainnya.

Perbankan menghimpun dana masyarakat. Oleh karena itu, tingkat kepercayaan menjadi modal utama bagi perbankan. Begitu pula, tata kelola menjadi hal yang penting bagi perbankan. Banyaknya bank yang melantai di pasar modal menjadi bagian dari bank-bank tersebut meningkatkan good corporate governance (GCG)-nya. Itu terlepas dari adanya kepentingan lain yaitu untuk memperoleh dana segar dari investor di pasar modal.

Belum lama ini Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan anggota baru. Anggota baru yang berasal dari bank tercatat ada Bank Agris dan Bank Yudha Bhakti. Masing-masing melantai pada 22 Desember 2014 dan 13 Januari 2015. Kedua bank itu juga masih tergolong dalam kategori Bank Umum Kelompok Usaha I (BUKU I).

Sebelum dua bank tersebut, ada sekitar 37 bank yang sudah lebih dahulu melantai di pasar modal Indonesia. Beberapa di antaranya masuk dalam kategori bank dengan saham-saham yang  likuid. Misalnya, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Danamon, dan Bank Mandiri, yang masuk dalam jajaran LQ45. Bagaimana masa depan kedua bank yang baru melantai di BEI ini?

Bank Agris telah menjadi perusahaan terbuka dengan kepemilikan mayoritas masih di PT Dian Intan Perkasa sebesar 78,48%, dan masyarakat sebesar 21,25%. Sambutan dari investor cukup positif saat Bank Agris melantai untuk pertama kali. Penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Bank Agris adalah Rp105-115 per lembar. Saat pembukaan perdagangan, saham dengan kode emiten AGRS meningkat tajam sebesar 50% ke level Rp185 per saham. Bahkan sempat menyentuh harga tertinggi Rp187 per saham dan nilai saham terendah Rp160 per saham.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya mengenai komposisi kepemilikan saham, bahwa saham yang ditawarkan ke publik sebesar 21,25% dari seluruh saham yang disetor dan ditempatkan. Melepas saham sebesar itu, perusahaan menargetkan perolehan dana dari pasar modal sebesar Rp94,50 miliar hingga Rp103,50 miliar dari hasil penawaran umum perdana saham tersebut.

Hasil IPO itu akan digunakan Agris untuk mengembangkan jaringan perkantoran dan ekspansi kredit. Menurut Associate Director Investment Banking PT Indo Premier Securities Eban S. Banowo, di Jakarta, pada 24 November 2014, sebesar 30% untuk perkembangan jaringan kantor dan 70% digunakan untuk ekspansi kredit perseroan ke depan.

Sebagai bank yang belum besar, tampaknya pilihan untuk ekspansi dengan meningkatkan dana ekspansi dari pasar modal menjadi pilihan bank yang beraset Rp3,26 triliun per September 2014 ini. Aset bank ini pada tahun sebelumnya, yakni pada Desember 2013, masih hanya Rp2,51 triliun. Relatif besar pertumbuhannya, dalam jangka waktu kurang dari setahun.

Bagaimana dengan Bank Yudha Bhakti yang juga baru menapakkan kakinya di pasar modal Indonesia pada awal tahun ini? Bank Yudha Bakti menjadi perusahaan yang pertama kali mencatatkan sahamnya di BEI pada tahun 2015. Bank ini melakukan IPO dengan melepas 300 juta saham atau sekitar 11,93% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Pasca-IPO, komposisi kepemilikan sahamnya menjadi: PT Gozco Capital sebesar 53,82%, Delapan Inkop dan Puskop TNI/Polri sebesar 25,49%, Koperasi Karyawan BYB sebesar 5,24%, Sugeng Subroto sebesar 3,52%, dan publik sebesar 11,93%.

Dana segar dari pasar modal tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan. Menurut Direktur Utama Bank Yudha Bhakti Michael Hoetabarat, perkuatan struktur permodalan yang dimaksud adalah untuk menambah modal ekspansi kredit, terutama untuk fokus di pensiunan. “Pada tahun ini, perseroan menargetkan penyaluran kredit sebanyak Rp600 miliar,” katanya, di Jakarta, Selasa (13/1). Meski persaingan kredit pensiunan saat ini begitu ketat, ujar Michael, pihaknya tak terlalu khawatir karena pensiunan memiliki hak penuh untuk menentukan pilihan bank.

Untuk tahun 2015, Bank Yudha Bhakti menargetkan total aset meningkat menjadi Rp3,279 triliun atau naik 22%, kredit menjadi Rp2,665 triliun (naik sebesar 33%), Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi Rp2,827 triliun (naik 21%), dan laba kotor menjadi Rp48,341 miliar atau ditargetkan naik 170%. Target yang sangat agresif di tahun yang masih dibayangi penyerapan kredit yang relatif kurang santer. Michael mengatakan walaupun target yang ditetapkan cukup tinggi, ia optimistis dapat mencapainya, dengan tetap mengedepankan tata kelola perusahaan dan prinsip kehati-hatian (prudential banking).

Berbagai rasio keuangan yang menjadi target korporat juga berada pada nilai yang optimistis. Bank ini menargetkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 14,53%, besaran net interest margin (NIM) sebesar 6,89%, return on asset (ROA) sebesar 1,47%, dan return on equity (ROE) senilai 13,20%. Di samping itu, perseroan juga menargetkan biaya operasional/pendapatan operasional (BOPO) sebesar 89,88%, loan to deposit ratio (LDR) 93,80%, dan non-performing loan (NPL) net pada kisaran 1%. Target-target tersebut adalah target yang sangat agresif. Pasalnya, jika melihat tahun sebelumnya, perusahaan perlu bekerja keras mencapai target-target tersebut. Menurut Bank Yudha Bhakti, rasio keuangan pada tahun 2014 meliputi CAR sebesar 14,93 %, ROA sebesar 0,77 %, ROE sebesar 6,18 %, NIM sebesar 5,38%, LDR senilai 85,71%, BOPO senilai 94,74%, NPL net sebesar 2,30%.

Bank yang masih memiliki 26 kantor cabang tersebut telah membentangkan rencana untuk memuluskan terealisasinya target-target tersebut. Pada tahun ini, bank akan menerapkan strategi, antara lain, relokasi kantor pusat dari Pasar Baru ke gedung baru di Pancoran. Mengenai produk dan jasa, bank ini berencana meluncurkan produk baru berbasis teknologi yaitu berupa peluncuran ATM. Bank ini juga akan melakukan pembentukan cabang spesial pendanaan, penyaluran dana kepada sektor produktif dan kredit pensiun, pengembangan sarana pendukung,  dan Teknologi Sistem Informasi (TSI) berupa up-grade core banking. Tak kalah penting, sebagai bentuk kehati-hatiannya, bank ini meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko dan penerapan tata kelola perusahaan.

Dalam beroperasi, Bank Yudha Bhakti didukung jaringan kantor yang terdiri dari 1 kantor pusat, 26 kantor cabang dan cabang pembantu, serta 5 kantor kas yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Medan, Pekanbaru, Palembang, Semarang, dan Surabaya. Kantor-kantor itulah yang akan menjadi ujung tombak untuk mencapai target-target korporat.

Tampaknya kedua bank yang baru melantai di BEI tersebut berkeyakinan penambahan modal dari hasil penawaran saham perdana dapat meningkatkan bisnis mereka. Pendanaan dari pasar modal dapat menjadi alternatif mereka untuk memperkuat permodalannya. Semoga saham-saham tersebut tetap akan menjadi saham yang aktif, bukan hanya sekadar listing dan menjadi saham tidur.

Sumber: WE/03/XXVII/2015

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: