Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lino Usulkan Pelabuhan Cimalaya Jadi 'Feeder Port' Tanjung Priok

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II RJ Lino mengusulkan Pelabuhan Cilamaya lebih efektif jika dijadikan sebagai pelabuhan penumpang atau "feeder port" bagi Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Lino saat ditemui di Jakarta, Jumat (6/3/2015) menjelaskan untuk menuju pelabuhan pengumpan tersebut, maka pihaknya akan memanfaatkan kapal-kapal tongkang dengan kapasitas 10.000 kontainer. "Kalau nanti tetap ditender, saya usul tapi konsepnya menjadi 'feeder port' Tanjung Priok, nanti kapal besar bisa masuk," katanya.

Dia menjelaskan konsep pelabuhan pengumpan tersebut meniru konsep-konsep yang sudah diciptakan di negara-negara, seperti Belanda dengan Kanal Twente yang bisa dilintasi kontainer dengan muatan 5.000 DWT barge dan Inggris dengan The Manchester Ship Canal (160 TEUs barge).

Lino mengatakan untuk mendukung pelabuhan pengumpan, bisa menggunakan kanal yang sudah ada dari Tanjung Priok hingga ke Cikarang Dry Port sejauh 24,6 kilometer. "Kita bisa memanfaatkan kanal yang sudah ada yang sudah dibuat oleh Belanda dulu 130 tahun yang lalu," katanya.

Dia mengatakan dengan menjadikan Cilamaya sebagai pelabuhan pengumpan bisa memindahkan kontainer berkapasitas hingga tiga juta TEUs dari darat ke kanal.

Sehingga, lanjut dia, pergerakan pengiriman barang bisa beralih ke jalur sungai seperti di negara-negara maju, yakni Jepang perbandingan jarak 720 kilometer menggunakan 51 persen pengiriman logistik melalui laut, darat hanya 44 persen, Norwegia jarak 550 kilometer 48 persen laut 42 darat, sementara Indonesia dengan jarak 800 kilometer, laut hanya sembilan persen dan 90 persen darat.

Menurut dia, dibangunnya Pelabuhan Cilamaya tidak menjamin akan mengurangi kemacetan di jalan raya dan ongkos logistik belum tentu akan turun.

Lino menambahkan permasalahan utama biaya logistik yang tinggi, yakni 24,6 persen berdasarkan riset dari Hummel adalah, biaya persediaan atau "inventory" 8,7 persen, tanah 8.2 persen, air 2,6 persen, administrasi 4,3 persen dan lain-lain 0.8 persen. "Sayangnya, kita ini tidak tahu sakitnya di mana sehingga diagnosisnya salah," katanya.

Lino mengkhawatirkan Cilamaya jika dibangun hanya bisa disandarkan oleh kapal-kapal kecil, yang ujung-ujungnya memicu kapal-kapal besar kembali bersandar ke Singapura.

Dia juga menampik tidak adanya persaingan di Pelabuhan Tanjung Priok, padahal saat ini pelabuhan itu telah diisi oleh sejumlah pesaing, di antaranya PT Meratus, PT Temas, PT Kaluku Maritima Utama, PT JICT, PT Pull, PT Adipurusa dan lainnya.

Dia menambahkan dengan optimalisasi rekonfigurasi lahan, kapasitas dan pelabuhan Tanjung Priok bisa ditingkatkan dari rata-rata 3,6 juta TEUs pada 2009 menjadi 100 juta TEUs pada 2015.

Namun, pemerintah, yakni Kementerian Perhubungan dengan persetujuan Presiden Joko Widodo akan tetap membangun proyek pelabuhan yang akan memakan biaya sekitar Rp34,5 triliun itu dengan skema pembiayaan seluruhnya oleh swasta dan tanpa APBN. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: