Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kunjungan Jokowi ke Luar Negeri Bikin Untung atau Buntung?

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kunjungan kenegaraan Presiden dari waktu ke waktu kerap kali menuai pro dan kontra dalam berbagai hal termasuk dari sisi pembiayaan. Namun biaya perjalanan bisa jadi merupakan investasi jangka panjang ketika hasil kunjungan justru membawa banyak komitmen yang menguntungkan.

Bukan cuma dari sisi ekonomi, kunjungan kenegaraan merupakan lobi diplomatik yang paling baik untuk membina hubungan sekaligus daya tawar politis yang suatu saat mendatangkan manfaat. Perjalanan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Jepang dan Tiongkok pada 22-28 Maret 2015, misalnya, layak untuk dicermati sebagai sebuah kunjungan dengan sarat misi.

Selain misi politis, kedatangan Jokowi ke dua negara itu tidak lain tidak bukan untuk menjaring investasi yang lebih besar terutama dalam bidang infrastruktur. Dengan jumlah rombongan yang tak terlampau "gemuk", Presiden terbang dengan menggunakan pesawat kepresidenan.

Dalam banyak kesempatan termasuk perjalanannya yang lalu-lalu, Presiden selalu menyatakan, dirinya akan menggunakan forum internasional untuk mengetahui arah perkembangan ekonomi global dan menyampaikan kepentingan Indonesia.

"Supaya arah perkembangan ekonomi global itu kita juga mengerti. Meskipun akhirnya kepentingan nasional harus didahulukan tapi angin menuju kemana kita harus tahu," katanya.

Tekad itu pula yang dibawanya dalam Boao Forum for Asia (BFA) di Pulau Hainan, Tiongkok, pada 28 Maret 2015 yang juga dihadirinya. Dalam forum itu, Presiden membawa isu pentingnya pembangunan infrastruktur di Asia sebagai kunci utama yang menjadi solusi masalah kemiskinan di kawasan. Di forum yang sama sekaligus Presiden menyerap informasi dan pandangan para pimpinan pemerintahan lain yang hadir dalam forum ekonomi itu karena Boao menjadi versi Asianya Davos yang menjadi markas World Economic Forum.

Presiden RRT Xi Jinping misalnya meyakinkan pada dunia bahwa ekonomi Tiongkok tetap kuat sebagaimana ia memperkenalkan inisiatifnya untuk mendorong terhubungnya Asia dengan negara-negara di Eropa yang akan memperlancar arus perdagangan dan investasi pada semua negara.

Pernyataan itu disampaikan dalam acara tahunan Boao Forum for Asia di Provinsi Hainan dalam keynote speech-nya yang ditujukan kepada semua negara di dunia untuk bergabung dalam Beijing-led "One Belt, One Road" inisiatif. Inisiatif itu akan membantu meningkatkan konektivitas regional melalui proyek yang terinspirasi dari jalan sutera pada masa nenek moyang mereka. "Program-program pengembangan ini, akan bersifat terbuka dam inklusif, bukan eksklusif," katanya.

Selain forum ekonomi dunia, dalam kunjungan kenegaraannya, Jokowi menghadiri forum bisnis yang terangkai dengan pertemuan bersama Kaisar Jepang dan Perdana Menteri serta Presiden RRT dan Perdana Menteri. Indonesia setidaknya bisa mencatat hasil-hasil penting dalam lawatan kenegaraannya ke dua negara itu. Dalam kunjungan kenegaraannya itu, ada sejumlah kesepakatan dan komitmen yang dihasilkan.

Namun kesemuanya bermuara pada upaya peningkatan investasi di Indonesia khususnya untuk kepentingan pembangunan infrastruktur. Di Jepang, misalnya, ditandatangani dan diserahterimakan nota kesepahaman di tiga bidang yakni ditandatanganinya MoU antara Menteri Pertahanan Jepang dan Menteri Pertahanan Indonesia dalam kerja sama bidang pertahanan.

Selnya dilakukan saling serah terima nota kesepahaman yang telah ditandatangani sebelumnya pada siang harinya yakni MoU bidang perdagangan antara Japan External Trade Organization (Jetro) dan Menteri Perdagangan Rachmat Saleh. Kemudian dilakukan hal serupa atas MoU bidang promosi investasi antara Jetro dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Jokowi mengatakan telah membicarakan mengenai program promosi investasi agar semakin banyak investor dari Jepang mau menginvestasikan dananya di Indonesia. Sejumlah bidang yang dinilai potensial untuk dikerjasamakan menurut Presiden Jokowi di antaranya dalam bidang pembangkit tenaga listrik, pelabuhan, infrastruktur jalan, jalan tol, dan pembangunan kawasan industri. "Dan ini sangat disambut baik oleh PM Abe sehingga muncul kesepakatan promosi investasi bersama antara Jepang dan Indonesia," katanya.

Kerja sama di bidang maritim pun disepakati dalam bentuk forum maritim untuk bidang keamanan maritim, industri maritim, dan infrastruktur maritim," katanya. Sementara di bidang pertanian, Indonesia kata Presiden Jokowi sudah menyampaikan soal program magang petani muda di Jepang. Sedangkan pada kesempatan kunjungan kenegaraan Jokowi ke Tiongkok, kedua negara sepakat untuk mengumumkan pernyataan bersama tentang hubungan strategis dan komprehensif kedua negara ke arah yang saling menguntungkan.

Presiden Jokowi mengatakan dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok, kedua pihak akan melakukan kerja sama pemberantasan korupsi, meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat kedua negara. "Tiongkok merupakan teman dekat Indonesia, sahabat Indonesia, mitra strategis yang komprehensif yang saling melengkapi satu dengan yang lain," katanya.

Jika menimbang perjalanan Jokowi dan rombongan yang menelan dana miliaran rupiah nyaris tak ada artinya jika dibanding komitmen yang berhasil dibawanya pulang terlebih jika benar-benar bisa direalisasikan. Dari perjalanan itu, Jokowi diperkirakan membawa pulang komitmen senilai sekitar 71,440 miliar dolar AS dari perjalanan kunjungan kenegaraannya ke Jepang dan Tiongkok pada 22-28 Maret 2015.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani setelah mendarat mengakhiri kunjungan kenegaraan bersama Presiden mengatakan Presiden Jokowi dalam kunjungan kenegaraan ke Jepang dan Tiongkok diperkirakan mampu mendorong terjadinya komitmen bisnis hingga mencapai 71,440 miliar dolar AS yang terdiri dari berbagai macam rencana proyek dan investasi.

"Komitmen itu terdiri dari komitmen dengan pengusaha di Jepang dan komitmen dengan pengusaha di Tiongkok," katanya.

Ia mengatakan, di Jepang misalnya komitmen kerja sama business to business yang bisa dihimpun mencapai 5,6 miliar dolar AS.

"Toyota misalnya sudah berkomitmen untuk memperluas investasi 1,6 miliar dolar AS, ditambah Suzuki sebesar 1 miliar dolar AS, dan kerja sama business to business lain antara pengusaha Indonesia dan Jepang mencapai 3 miliar dolar AS," katanya.

Dalam kunjungannya di Jepang, Presiden Jokowi menghadiri forum kerja sama bisnis yang dihadiri oleh 1.200 pengusaha dari Jepang. Pada kesempatan itu, Jokowi menawarkan prospek investasi yang bisa digarap investor Jepang di Indonesia sekaligus insentif yang akan diberikan termasuk kemudahan perizinan dan insentif pajak yang menarik bagi investor yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi ekspor. Sementara di Tiongkok, berhasil dihimpun komitmen kerja sama 68,1 miliar dolar AS ditambah dengan komitmen dalam mata uang yuan sebesar 2,1 miliar RMB atau setara 340 juta dolar AS.

Dengan begitu total komitmen yang dibawa pulang dari Tiongkok mencapai 68,440 miliar dolar AS. Jadi kunjungan kenegaraan Presiden, kata Franky, mampu menarik terjadinya komitmen hingga mencapai 71,450 miliar dolar AS.

Pada kesempatan itu presiden di hadapan 450 pengusaha Tiongkok memaparkan rencana kerjanya selama lima tahun ke depan setelah sebelumnya bertemu dengan PM Li Keqiang dan sehari sebelumnya dengan Presiden Xi Jinping.

Komitmen dan proyek kerja sama itu sebagian besar di bidang infrastruktur, perikanan, dan lain-lain. Namun, ia mengingatkan soal investment rate kedua negara itu yang harus juga diperhitungkan. Rekam jejak Tiongkok selama ini hanya 1:10 sedangkan Jepang 1:6,5 yang artinya untuk di Tiongkok dari 10 komitmen hanya satu yang terealisasi sementara dari Jepang lebih tinggi yakni dari 10 komitmen sebanyak 6,5 terealisasi.

Namun, Franky menekankan pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan angka investment rate melalui berbagai kebijakan di antaranya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan insentif pajak. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: