Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri Rini: Banyak Pabrik Gula di Indonesia Berkapasitas Rendah

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Sekitar 70 persen dari 62 pabrik gula kristal putih baik milik BUMN maupun swasta, masih berkapasitas kecil yaitu di bawah empat ribu ton tebu per hari.

"Banyak pabrik gula yang kapasitasnya masih dua ribu ton per hari, maka kita akan meningkatkan kapasitas pabrik menjadi minimal empat ton per hari, khususnya pabrik gula BUMN," kata Menteri BUMN Rini Soemarno saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (6/4/2015).

Tak hanya itu, 64,5 persen dari total pabrik gula yang ada, pabriknya telah berumur diatas 100 tahun. Ia mengatakan dalam APBN-P 2015 telah dianggarkan Rp3,5 triliun untuk merevitalisasi pabrik gula guna meningkatkan kapasitas dan mengganti peralatannya yang sudah tua. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat Indonesia, produksi gula di kebun juga perlu ditingkatkan dari 75 ton per hektare menjadi 100 ton per hektare.

Maka, kata dia, perlu dilakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian agar dapat menggunakan bibit unggul sehingga target 100 ton per hektare tercapai.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menyebutkan kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai 5,7 juta ton terdiri atas 2,8 juta ton gula kristal putih untuk komsumsi langsung masyarakat dan 2,9 juta ton gula kristal rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri. Menurut dia, pabrik gula tambahan harus diefisienkan, dengan cara mengurangi pabrik gula di Pulau Jawa dengan dipilih beberapa pabrik gula yang potensial.

"Di samping itu, perlu dikembangkan perkebunan tebu baru yang diarahkan di luar Pulau Jawa dengan kapasitas minimal 10 ribu ton tebu per hari," kata dia.

Namun untuk membangun pabrik tebu di luar Pulau Jawa memiliki berbagai permasalahan seperti sulitnya mendapatkan lahan yang cocok, dan dibutuhkan investasi sekitar Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun untuk kapasitas giling 10.000 tcd dan waktu pengembalian investasi cukup lama yaitu sekitar delapan sampai 10 tahun. Untuk itu perlu kebijakan dalam pembangunan pabrik gula seperti penyediaan lahan sesuai dengan agroklimat tebu.

"Investor yang akan membangun perkebunan tebu dan pabrik gula baru diutamakan adalah pemilik pabrik gula raginasi agar dapat memproduksi kebutuhan gula di dalam negeri, sehingga impor gula dari waktu ke waktu dapat dikurangi yang pada saatnya kalau sudah siap dapat ditutup sama sekali," kata Rini.

Menurut dia Pemerintah harus menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan di daerah lokasi pengembangan industri gula baru misalnya di Pulau Aru, Pulau Seram, Pulau Halmahera, Merauke dan lainnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: