Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lima Buku Ekonomi Terbaik Sepanjang Masa Menurut Fadli Zon

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Bulan April di Indonesia selalu dianggap sebagai bulan emansipasi wanita. Beralasan memang, karena, tanggal 21 April merupakan hari kelahiran dari R.A Kartini, sosok yang dianggap sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Dua hari sesudahnya, tepatnya di tanggal 23 April, peristiwa 'emansipasi' lain pun di peringati. Tidak hanya di Indonesia, dunia pun turut memperingatinya. Ya!, 23 April diperingati sebagai hari 'emansipasi' pengetahuan, yakni perayaan Hari Buku sedunia atau World Book Day. Peringatan ini setidaknya sudah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.

Merayakan Hari Buku Sedunia, Warta Ekonomi berhasil mewawancarai Wakil Ketua DPR, Fadli Zon. Politisi Gerindra itu memang diketahui sebagai sosok yang 'kutu buku' sekaligus kolektor buku-buku klasik. Setidaknya Fadli sudah mengoleksi ribuan buku yang disimpannya di perpustakaan pribadinya Fadli Zon Library di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

Kali ini, WE berusaha mengorek buku-buku bertemakan ekonomi yang menurut alumni London School of Economics (LSE) itu sebagai buku ekonomi terbaik sepanjang masa. Dan berikut buku-buku ekonomi terbaik sepanjang masa menurut Fadli Zon.

1. The Wealth of Nations (1776) karya Adam Smith
Fadli menjelaskan alasan dipilihnya karya ekonom asal Skotlandia tersebut sebab, menurutnya, buku ini merupakan sebuah karya perintis dalam ilmu ekonomi. Fadli menilai buku ini merupakan karya pelopor dari cabang ilmu ekonomi modern, dan dinilai patut dimasukan sebagai kitab klasik ilmu ekonomi.

"Buku itu, satu itu buku babon yang menjelaskan teori tentang apa sejarah perkembangan industri dan sejarah perkembangan kapitalisme. Disitu dibahas pula yang menyangkut kegiatan manusia yakni proses kegiatan ekonomi dan merumuskan, pada dasarnya tanah merupakan salahsatu faktor produksi," katanya.

2. The Great of Transformation (1944) karya Karl Polanyi

Fadli memberikan catatan khusus dari karya sejarawan ekonom asal Hongaria tersebut sebagai karya yang dinilai memberikan perspektif baru dalam kajian ekonomi politik dunia khususnya kondisi pasca terjadinya dua perang dunia. Menurutnya, dalam The Great of Transformation, Polanyi menyorot pasca dua Perang dunia telah terjadi sebuah 'Transformasi Besar'.

"Polanyi mengambil posisi berseberangan dengan ekonom-ekonom neoliberal. Dia pesimis terhadap pandangan pasar sebagai self regulating market. Menurutnya pasar sebagai self regulating market tidaklah berdiri alami. Pasar itu bukan menguasai manusia, tapi hanya menjadi bagian (embedded), bukan menguasai manusianya," ujar Fadli.

3. Development as a Freedom (1999)
Karya profesor ekonomi di Universitas Cambridge ini dinilainya sebagai karya yang telah memberikan kontribusi bagi kajian pembangunan di suatu negara. Amartya Sen adalah Peraih nobel bidang ekonomi di tahun 1998 yang berasal dari India.

"Karya Sen ini menjelaskan bagaimana dalam suatu proses pembangunan manusia harus bisa mengexpand dirinya sampai maksimal itu lah yang melahirkan human development indeks," pungkas Fadli.

4. Globalization and Its Discontents (2002) karya Joseph E. Stiglitz.

Fadli menilai karya ini merupakan karya yang luar biasa. Stiglitz adalah guru besar di Columbia University dan peraih nobel ditahun 2001. Dalam buku ini Stiglitz bercerita bahwa pemahaman akan peran lembaga internasional ternyata salah kaprah. Dia membukakan mata banyak orang tentang bagaimana Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang berpengaruh besar pada ekonomi negara-negara berkembang ternyata demi mendorong globalisasi ekonomi tidak selalu benar dalam meresepkan
kebijakan untuk banyak negara.

"Ini sebuah karya yang luar biasa," tutur Fadli singkat.

5. Governing the Market (1990) karya Robert Wade

Robert Wade adalah professor di London School of Economics (LSE), sebuah kampus prestisius untuk mempelajari kajian ekonomi dan politik di Eropa.

"Wade itu dosen saya waktu saya ambil master di LSE. Bagi dia market itu tidak simetris tapi asimetris, dia menyarankan perlu adanya intervensi. Dia posisinya sama dengan Stiglitz bagaimana kekuataan besar dunia IMF, World Bank dan U.S Department of the Treasury ikut terlibat dalam arah market itu," tuturnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Achmad Fauzi

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: