Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Libur Panjang, Hotel di Yogya Penuh

Warta Ekonomi -

WE Online, Yogyakarta - Rata-rata okupansi hotel di Yogyakarta meningkat mencapai 80 persen selama libur panjang akhir pekan yang bertepatan pada momentum hari buruh internasional "may day".

Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono di Yogyakarta, Minggu (3/5/2015) mengatakan peningkatan okupansi terjadi sejak Jumat (1/5) dengan didukung berbagai acara berskala nasional di Kota Gudeg itu.

"Libur akhir pekan ini okupansi cukup baik rata-rata 80 persen, disamping libur panjang juga karena banyak acara nasional serta 'event' wisata," kata dia.

Menurut dia, libur sekolah SMA juga turut menjadi pendukung dominan tingkat hunian hotel, ditambah dengan acara nasional seperti porseni Bank Pembangunan Daerah (BPD) se-Indonesia di Yogyakarta. Selain itu, dia mengatakan, karena saat ini sudah mulai memasuki "peak season" atau musim ramai pengunjung, jumlah wisatawan mancanegara juga mulai menambah tingkat hunian hotel, mencapai 10 persen.

"Wisatawan mancanegara sudah mulai meningkat, dan mencapai puncaknya pada Juli mendatang," ungkap dia.

Sementara itu, dibukanya kembali kran rapat di hotel bagi pegawai negeri sipi (PNS), menurut dia, juga turut memberikan dampak terhadap positif bagi okupansi serta sektor "MICE" (meeting, incentive, convention, and exhibition).

"Kembali dibukanya izin rapat PNS di hotel juga turut menambah jumlah kunjungan akhir-akhir ini yang dibuktikan dengan banyaknya reservasi," ujarnya.

Sementara itu, sebelumnya ketua PHRI DIY, Istijab Danunegoro mengatakan, meski terdapat berbagai kenaikan harga berbagai kebutuhan energi seperti elpiji 12 kilogram, serta bahan bakar minyak (BBM), tidak akan mengubah tarif sewa kamar.

Dia mengatakan sebagian besar pengusaha perhotelan di DIY biasanya lebih memilih mengurangi bahan baku untuk hidangan tamu hotel maupun yang akan disajikan di restoran. Sebab, kata dia, kebijakan menaikan tarif, biasanya hanya ditempuh setiap satu tahun sekali.

"Efisiensi tentu tetap diusahakan tanpa merusak kualitas hidangan restoran. Kemungkinan yang akan dikurangi adalah hidangan untuk sarapan tamu hotel," tuturnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: